selalu.id – Peringatan Haul Bung Karno ke-XX yang digelar di Blitar, Jawa Timur, pada 21 Juni 2025, menjadi momentum bagi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk menekankan pentingnya kembali pada akar ideologi bangsa.
Baca Juga: Menakar Potensi Eri Cahyadi dan Fuad Benardi untuk Ketua PDIP Surabaya
Dalam pidatonya, Megawati mengajak seluruh elemen bangsa untuk tidak melupakan sejarah perjuangan dan nilai-nilai luhur yang diwariskan para pendiri bangsa. Ia menegaskan bahwa kekuatan sejati bangsa bersumber dari rakyat.
“Tema Setialah kepada Sumbermu bukan sekadar slogan. Sumber adalah rakyat, dan kita tidak boleh melupakan identitas kita sebagai bangsa,” ujar Megawati.
Ia juga mengkritisi kecenderungan masyarakat yang menurutnya terlena oleh kecepatan zaman. Di era serba instan, Megawati mengingatkan agar bangsa tidak kehilangan arah dan tetap berpegang pada nilai perjuangan.
“Di tengah zaman yang berlari, di mana segala sesuatu berlangsung cepat, instan, dan dangkal, kita sering kehilangan arah,” katanya.
Pesan Megawati itu diamini kader muda PDI Perjuangan, Fayakundia Putra Sufi. Ia mengajak kader partai untuk menjadi “Sukarno” di lingkungan masing-masing, dengan menjadi pribadi yang tangguh, visioner, dan bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa.
Baca Juga: Camat Benowo Ungkap Penipuan UMKM Bermula dari Sosialisasi di Kantor Kelurahan Sememi
“Jangan berpikir soal kata 'beban' sebagai sesuatu yang berat dan menyusahkan. Beban itu justru ukuran, seberapa besar manfaat kita bagi sekitar kita,” ujar Fayakundia kepada selalu.id, Senin (23/6/2025) malam.
Fayakundia menegaskan bahwa kembali pada ideologi bukanlah sikap kuno, melainkan fondasi penting untuk menjaga arah bangsa. Ia menolak jika nilai-nilai seperti Pancasila, gotong royong, dan semangat berdikari hanya menjadi slogan tanpa makna.
Baca Juga: Oknum Penipu UMKM Mengaku Kader, Begini Pernyataan PDIP Surabaya
“Kita besar karena kita punya Pancasila, budaya gotong royong, dan semangat berdikari. Jangan sampai itu semua hanya jadi slogan,” tambahnya.
Ia juga mengutip pesan Bung Karno yang sering disampaikan Megawati, “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.” Menurutnya, sejarah bukan sekadar catatan masa lalu, tetapi kompas masa depan.
“Kesetiaan pada sumber kekuatan bangsa, yaitu rakyat, menjadi kunci untuk tetap teguh di tengah zaman yang terus berubah,” tutup Fayakundia.
Editor : Ading