selalu.id - Isu pungutan biaya wisuda kembali mencuat di Surabaya. Salah satu SMP favorit di tengah Kota Surabaya diduga meminta pungutan hingga Rp1,15 juta untuk kegiatan kelulusan siswa kelas IX. Dugaan itu mengarah pada SMP Negeri 1 Surabaya.
Baca Juga: Kepala SMPN 1 Surabaya Bantah Ada Pungutan Rp1,1 Juta untuk Wisuda
Menanggapi laporan masyarakat tersebut, Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya, Abdul Ghoni, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke SMPN 1 Surabaya pada Senin (29/4/2025). Dalam klarifikasinya, Ghoni menegaskan tidak ditemukan adanya pungutan resmi dari pihak sekolah.
“Ini murni apresiasi dari wali murid. Tidak ada biaya yang dibebankan oleh sekolah kepada siswa,” ujar Ghoni usai sidak.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan wisuda atau pelepasan siswa tersebut merupakan inisiatif orang tua sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan anak-anak mereka selama tiga tahun menempuh pendidikan.
Menurut Ghoni, sidak dilakukan sebagai tindak lanjut dari aduan masyarakat, dan setelah pertemuan dengan kepala sekolah, Dewan Pendidikan Jawa Timur, dan perwakilan komite, tidak ditemukan pelanggaran dalam kegiatan tersebut.
“Kegiatan ini tidak memungut biaya dari sekolah. Justru ini contoh gotong royong yang positif jika dikelola dengan transparan dan tidak menimbulkan tekanan,” imbuhnya.
Namun demikian, Ghoni mengingatkan agar inisiatif dari wali murid ini tidak sampai menciptakan kesenjangan atau tekanan psikologis bagi siswa dari keluarga kurang mampu.
Baca Juga: Wali Kota Eri Tuntaskan Kasus Ijazah, Wawali Armuji Kembali Bikin Heboh
“Sekolah harus menekankan kepada wali murid agar tidak memaksakan kontribusi. Ini soal menjaga semangat kebersamaan tanpa mengorbankan siapa pun,” tegasnya.
Di sisi lain, Ali Yusa dari Dewan Pendidikan Jawa Timur yang turut dalam sidak, menekankan pentingnya komunikasi terbuka antara sekolah, komite, dan wali murid agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Ia mengungkapkan, berdasarkan aduan yang diterima, terdapat rincian biaya sekitar Rp1.150.000 per siswa untuk kegiatan seperti santunan, doa bersama, pentas seni, dan buku kenangan.
Baca Juga: Setelah Sidak Viral, Armuji Mengaku Tak Lagi Punya Wewenang soal Ijazah Ditahan
“Ini bisa menjadi beban jika tidak dijelaskan secara terbuka sejak awal. Gotong royong itu penting, tapi harus ada transparansi dan kepekaan terhadap kondisi ekonomi masing-masing,” ujar Ali.
Ali menegaskan agar kegiatan kelulusan siswa ke depan dikemas secara lebih sederhana dan edukatif.
“Mari kita ubah bentuk apresiasi kelulusan siswa menjadi perayaan yang mencerminkan hidup sederhana dan penuh kepedulian, bukan budaya konsumtif,” pungkasnya.
Editor : Ading