selalu.id – Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Yona Bagus Widyatmoko, menanggapi antusiasme yang terjadi atas perebutan kursi Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya di ajang adu visi-misi lelang jabatan yang digelar Wali Kota Eri Cahyadi.
Baca Juga: Mantan Ketua OSIS SMA 4 ini Sebut Sekda Ikhsan Dekat dengan Pelajar
Yona menegaskan bahwa jabatan Sekda bukanlah posisi yang bisa 'ditawarkan' kepada individu tertentu, melainkan harus melalui proses seleksi yang profesional, transparan, dan berbasis adu gagasan.
“Kita semua tahu bahwa Sekda adalah orang nomor tiga di pemerintahan kota. Maka, siapapun kandidatnya, mereka harus siap adu gagasan. Jangan sampai ada kesan bahwa posisi ini ditawarkan ke orang tertentu saja. Biarkan semua yang memenuhi syarat bersaing secara adil,” ujar Yona, kepada selalu.id, Selasa (12/3/2025).
Menurut Yona, dalam seleksi Sekda maupun jabatan kepala dinas lainnya, kandidat harus memiliki grand design atau rancangan besar yang jelas mengenai visi dan strategi mereka dalam mendukung kinerja Wali Kota.
“Kalau mereka tidak membawa grand design yang konkret, jangan diambil. Kita ingin tahu, jika seseorang menjadi Sekda, apa yang akan dia lakukan dalam lima tahun ke depan untuk mendukung kebijakan wali kota? Jangan sampai sekadar bicara retorika tanpa solusi nyata,” tegasnya.
Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap pola seleksi yang cenderung berputar di lingkaran yang sama, tanpa memberikan kesempatan kepada pejabat lain yang mungkin lebih kompeten.
“Jangan sampai pola rekrutmen ini hanya berkutat di lingkaran kecil yang itu-itu saja. Padahal, di lingkungan Pemkot Surabaya banyak pejabat eselon dua yang potensial. Bisa jadi ada yang lebih kompeten, tetapi selama ini tidak mendapat kesempatan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Yona menyoroti pentingnya memilih pejabat yang benar-benar kompeten dalam menghadapi tantangan besar di Surabaya, termasuk dalam sektor pendapatan daerah dan tata kelola kota.
“Surabaya saat ini menghadapi tantangan besar, terutama dalam menutup defisit Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kepala Bapenda, misalnya, harus punya strategi konkret untuk meningkatkan PAD, bukan hanya sekadar berbicara konsep tanpa solusi. Begitu juga dengan dinas lain yang punya peran strategis,” jelasnya.
Ia pun mengingatkan bahwa posisi Sekda harus diisi oleh sosok yang tidak hanya memiliki pengalaman birokrasi, tetapi juga memiliki visi yang kuat dalam memajukan kota.
“Berlian itu tidak bisa diasah, tetapi harus dicari. Wali Kota harus benar-benar mencari sosok yang terbaik dari sekian banyak pejabat yang ada. Jangan hanya mengandalkan popularitas atau kedekatan, tetapi benar-benar melihat siapa yang punya gagasan terbaik,” pungkasnya.
Sebelumnya, Isu yang beredar ada dua nama, kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) disebut-sebut menjadi kandidat kuat untuk merebut kursi jabatan tertinggi di tingkat pemerintahan kota.
Baca Juga: Ikhsan Dilantik Jadi Sekda Surabaya
Dua nama itu yakni Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, serta Pertanahan (DPRKPP) Kota Surabaya, Lilik Arijanto. Dan Kepala Satpol PP Surabaya M Fikser.
Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdusallam menilai proses seleksi kali ini sangat terbuka dan keterlibatan publik dalam menilai para kandidat secara transparan.
“Biasanya, seleksi Sekda dilakukan secara tertutup dan melibatkan pemerintah pusat. Tapi kali ini, prosesnya lebih transparan. Wali Kota Eri Cahyadi membiarkan publik melihat langsung siapa yang paling layak,” kata Surokim.
Menurutnya, langkah ini menunjukkan bahwa wali kota bersedia berbagi ruang keputusan dengan publik, sesuatu yang jarang dilakukan oleh kepala daerah lainnya.
“Ini bentuk keterbukaan, karena jabatan Sekda tidak hanya urusan teknis birokrasi, tapi juga memiliki aspek politik. Dengan proses ini, masyarakat bisa menilai siapa yang paling layak,” jelasnya.
Baca Juga: Ini Alasan Wali Kota Eri Samakan Jabatan Sekda dan Kepala Dinas
Lebih lanjut, Surokim selain dua nama kuat yang disebutkan, ada juga harapan agar kandidat perempuan ikut serta dalam seleksi ini.
“Akan lebih baik jika ada calon dari kalangan perempuan. Selama ini, jabatan Sekda di banyak daerah selalu didominasi laki-laki. Jika ada kandidat perempuan yang memenuhi syarat, itu bisa menjadi warna baru dalam birokrasi Surabaya,” tambah Surokim.
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengungkapkan 500 Aparatur Sipil Negara (ASN) telah mendaftarkan diri dalam seleksi lelang jabatan tahun 2025.
Diantaranya 100 peserta untuk tahap awal. Dari jumlah tersebut, 70 peserta merupakan pejabat perangkat daerah petahana, sementara 30 lainnya adalah penantang baru yang berambisi menggantikan pejabat lama.
Eri menyebu menyebut bahwa salah satu jabatan yang menjadi incaran penantang baru adalah posisi Sekretaris Daerah (Sekda). Para kandidat yang bersaing di posisi ini dinilai memiliki kompetensi tinggi.
“Orang (penantang) ini dari sekda juga ada. Orang yang daftar sekda ini ya pinter-pinteran lagi. Maksudnya bukan pinter (dalam tanda kutip), tapi ya semua pinter,” kata Eri.
Editor : Ading