selalu.id – Kemunculan buaya di bantaran Sungai Wonorejo Timur, Surabaya, kembali meresahkan warga. Kejadian yang terekam kamera warga pada Minggu, 12 Januari 2025 pagi hingga siang hari, memperlihatkan reptil besar itu berjemur di tepi sungai yang sebagian dasarnya mengering akibat sedimentasi.
Meskipun buaya tersebut tidak terlihat dua hari terakhir ini, ketakutan warga tetap bercokol mengingat ini bukan kali pertama kejadian serupa terjadi.
Sumini, warga Wonorejo Timur Blok C, mengungkapkan, penampakan buaya di area tersebut bukanlah hal baru. "Iya, di sini sering muncul. Kemarin muncul lagi, bukan cuma di sini, di sebelah barat juga pernah terlihat," ujarnya saat ditemui selalu.id, Rabu (14/1/2025).
Kejadian Minggu lalu terjadi di dekat gang rumahnya, di sisi selatan sungai. Ia menambahkan bahwa kemunculan buaya di sisi utara sungai sejauh ini belum pernah terjadi, sehingga warga di sisi utara relatif lebih tenang.
Rini Muji Rahayu, Ketua RT 1 RW 7 Wonorejo Rungkut, membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan telah menyaksikan sendiri kemunculan buaya tersebut sebanyak tiga kali dalam beberapa bulan terakhir, termasuk pada Minggu pagi. "Kemunculan yang cukup sering itu di sisi timur," jelasnya.
Ia menambahkan bahwa biasanya buaya muncul pada pagi hari, antara pukul 08.00 hingga 09.30 WIB, namun waktu kemunculannya tidak menentu. Sementara, Kehadiran tim dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya pada Senin kemarin untuk melakukan survei dan menjajaki solusi, tidak berbuah hasil dalam hal penampakan buaya. "Hari ini buayanya tidak keluar, padahal tim dari PU sudah hadir untuk survei," kata Rini.
Ia memperkirakan panjang buaya yang terlihat Minggu lalu sekitar 2,5 meter. Namun, berdasarkan informasi dari warga lain, terdapat beberapa buaya dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari yang kecil hingga yang sangat besar. "Mungkin ada sekitar lima ekor, karena yang ditemukan warga itu ukurannya berbeda-beda," tambahnya.
Survei yang dilakukan DSDABM Surabaya difokuskan pada peninjauan kondisi bantaran sungai untuk mencari solusi jangka panjang. Salah satu alternatif yang dipertimbangkan adalah pemasangan pembatas sungai atau semi tanggul menggunakan batu kumbung untuk mencegah buaya mendekati pemukiman warga. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi risiko konflik antara manusia dan satwa liar sekaligus menciptakan rasa aman bagi warga sekitar.
Kejadian ini menyoroti pentingnya pengelolaan lingkungan dan upaya mitigasi risiko konflik satwa liar di area perkotaan. Sedimentasi sungai yang menyebabkan sebagian dasar sungai mengering, mungkin menjadi salah satu faktor yang menarik buaya untuk mendekat ke pemukiman. Oleh karena itu, pemerintah kota perlu melakukan upaya lebih lanjut untuk mengatasi masalah sedimentasi dan memastikan keamanan warga.
Selain itu, sosialisasi kepada warga tentang cara berinteraksi dengan satwa liar juga perlu ditingkatkan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Keberadaan buaya ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan menghindari kerusakan lingkungan yang dapat berdampak pada kehidupan manusia. Pemerintah dan warga perlu bekerja sama untuk menemukan solusi yang berkelanjutan dan memastikan keselamatan bersama.
Baca Juga: Kewalahan Pelihara Buaya 2 Meter, Warga di Surabaya Minta Bantuan Evakuasi
Editor : Ading