Jumat, 21 Mar 2025 01:34 WIB

Bangunan Sejarah, Penghuni Gedung Setan: Harap Diperbaiki

  • Reporter : Ade Resty
  • | Jumat, 27 Des 2024 14:09 WIB
Gedung Setan

Gedung Setan

selalu.id — Erna Riani (50), salah satu penghuni Gedung Setan Surabaya mengungkapkan keresahan dan harapannya usai bangunan yang menjadi tempat tinggalnya sejak kecil mengalami kerusakan parah akibat ambrolnya atap pada Rabu (18/12/2024) lalu.

Bersama sang ibu, Erna kini tinggal sementara di Balai RW 6, berbarengan dengan belasan kelompok keluarga lainnya yang terdampak.

Erna mengungkapkan bahwa keluarganya sudah menempati Gedung Setan selama puluhan tahun, dimulai sejak ayahnya masih hidup.

“Dari kecil saya sudah tinggal di sini bersama orang tua dan saudara. Sekarang hanya saya dan ibu yang tinggal. Berat rasanya harus meninggalkan tempat ini,” ujar Erna.

Erna dan penghuni lainnya berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dapat merenovasi gedung tersebut agar layak untuk dihuni kembali. “Intinya kami ingin tinggal di sana lagi. Sudah puluhan tahun kami tinggal di situ, rasanya berat kalau harus pindah,” kata Erna dengan nada penuh harap.

Namun, Erna menyadari bahwa kondisi gedung saat ini sangat rawan. Ia mengungkapkan bahwa Pemkot masih menunggu hasil kajian dari ITS untuk menentukan apakah gedung tersebut layak direnovasi.

“Belum ada pembicaraan dari Pemkot soal renovasi. Takutnya, kalau dibersihkan, malah ambruk lagi,” tambahnya.

Pemkot Surabaya sebelumnya menyebutkan bahwa salah satu kendala utama adalah ketidakjelasan status kepemilikan Gedung Setan.

Bangunan ini juga tercatat sebagai cagar budaya, tetapi Erna mengatakan bahwa penghuni tidak pernah mendapatkan bantuan pemeliharaan.

“Kami pernah mendapat surat dari pihak cagar budaya di era 90-an, ketika ayah saya masih hidup. Waktu itu diberitahu bahwa gedung ini masuk cagar budaya, tapi hanya sebatas pemberitahuan. Tidak ada pembiayaan atau pemeliharaan dari pemerintah,” jelas Erna.

Saat ini, terdapat 18 KK terdampak yang mengungsi di Balai RW 6, sementara sebagian lainnya tinggal di balai RT 3 atau menumpang di rumah saudara. Meski mendapat bantuan dari BPBD berupa kasur, selimut, dan peralatan mandi, Erna mengaku bahwa bantuan permakanan sudah tidak rutin seperti sebelumnya.

“Keseharian kami bergantung pada bantuan awal. Kalau terus menumpang di rumah saudara juga tidak enak. Kami ingin segera ada kepastian,” ungkap Erna.

Selain kehilangan tempat tinggal, Erna juga menghadapi tantangan ekonomi. Ia sehari-hari berjualan makanan matang di Pasar Banyu Urip. “Mata pencaharian saya di sana. Kalau pindah, saya bingung harus mulai dari mana lagi,” ujarnya.

Di tengah ketidakpastian, Erna dan penghuni lainnya hanya berharap Pemkot dapat membantu merenovasi gedung agar mereka bisa kembali tinggal dengan nyaman.

“Kami lama tinggal di sini. Harapan kami, gedung ini direnovasi saja. Kalau memang cagar budaya, mestinya ada pemeliharaan dari pemerintah,” tutupnya.

Sebelumnya, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menjelaskan bahwa Pemkot Surabaya belum dapat mengambil langkah terkait perbaikan atau pengelolaan gedung tersebut. Salah satu kendalanya adalah ketidakjelasan status kepemilikan bangunan.

“Kami tidak bisa membangun atau memperbaiki sesuatu yang asal-usul kepemilikannya tidak jelas. Ini perlu dikoordinasikan lebih dulu dengan RT, RW, LPMK, dan memerlukan pendampingan hukum dari kejaksaan,” kata Eri Cahyadi, Kamis (26/12/2024).

Eri juga menegaskan bahwa tidak ada penghuni yang memiliki dokumen legal terkait kepemilikan gedung tersebut. Meski begitu, para penghuni telah menetap di gedung tersebut secara turun-temurun, bahkan memiliki KTP beralamatkan “Gedung Setan.”

Sebagian besar penghuni meminta untuk dipindahkan ke rumah susun (rusun). Namun, Wali Kota Eri mengatakan bahwa permintaan tersebut sulit direalisasikan mengingat antrean rusun yang sudah mencapai lebih dari 15 ribu warga.

“Kita harus menata semuanya dengan aturan yang jelas. Rusun itu sudah penuh antreannya, sehingga sekarang fokus kita adalah mendorong pembangunan rusunami (rumah susun sederhana milik) untuk warga yang sudah mulai bisa mandiri secara ekonomi,” jelas Eri.

Baca Juga: Usai Atap Ambrol, DPRD Surabaya Desak Pemkot Selamatkan Gedung Setan

Editor : Ading