• Loadingselalu.id
  • Loading

Kamis, 05 Okt 2023 06:20 WIB

Belum Lengkap Euforia Oppenheimer kalau Kalian Gak Tahu Soal Ini!

  • Reporter : Ading,
  • Sabtu, 22 Jul 2023 17:23 WIB
Cillian Murphy as JR Oppenheimer

Cillian Murphy as JR Oppenheimer

selalu.id - Pasti sudah dengar dengan film terbaru karya Christopher Nolan yang genius kan? Yap, Oppenheimer. Film yang baru rilis di bioskop Indonesia pada 19 Juli 2023 kemarin ini telah dinanti-nantikan dan mendapat begitu banyak spotlight dari penjuru dunia. Oppenheimer merupakan sebuah film biopik dari J.R Oppenheimer yang diperankan oleh Cillian Murphy dan sederet aktor Hollywood papan atas lainnya seperti; Emily Blunt, Matt Damon, Robert Downey Jr, Florance Pugh dan lainnya. 

Nah, kali ini, Kawan Selalu akan membagikan beberapa hal menarik yang mungkin bisa jadi pengetahuan tersendiri untuk menemani kemewahan dan pengalaman dalam menonton film paling gila yang cukup sanggup menjadi satu treadmark tersendiri di dunia perfilman sepanjang 2023 ini.

Baca Juga: Luffy, Joy Boy dan Kebebasan Absolut

Mari Mengenal Oppenheimer!

"Oppenheimer was the most important person who ever lived in human history," Nolan said via The Times.

Julius Robert Oppenheimer, lahir pada 22 April 1904, dari imigran Jerman, Oppenheimer muncul sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia.

Dijuluki sebagai Bapak Bom Atom, Oppenheimer merupakan seorang fisikawan yang tak pernah puas dalam eksplorasi ilmiah. Ia bahkan dikenal sebagai ikon kecemerlangan ilmiah yang benar-benar gila.

Mungkin kata-kata ini sedikit banyak menunjukkan bagaimana sosok dan kehidupan Oppenheimer yang berdiri dalam jajaran orang paling berpengaruh dalam peradaban manusia tersebut dapat digambarkan, "dari pengetahuan yang hebat datanglah perspektif dan konflik yang lebih besar." Sebuah gambaran dua sisi yang tidak hanya niscaya tetapi juga gegar memaklumati keberadaan eksistensinya, Yang Terbaik dan Terburuk di abad ke-20.

Film Oppenheimer ini berdasarkan buku American Prometheus, sebuah biografi menarik yang mengeksplorasi kehidupan sosok eponim dalam projek radikal umat manusia, yakni uji coba bom atom yang disebut Trinity pada 6 Juli 1945 oleh United State Army.

Nama kode "Trinity" diberikan oleh J. Robert Oppenheimer, yang saat itu adalah direktur Laboratorium Los Alamos, yang terinspirasi oleh puisi John Donne. Uji coba itu adalah uji coba rancang ledakan pertama dari perangkat plutonium (bahan dasar bom atom), yang dijuluki "Gadget". Itu adalah rancangan yang sama dengan bom Fat Man yang kemudian diledakkan di Nagasaki, Jepang, pada 9 Agustus 1945.

Fakta-fakta Menarik Lainnya Tentang Oppenheimer

1. Penyesalan dan Syair Bhagavad Gita
Selain seorang ilmuwan, Oppenheimer juga dikenal sangat mencintai sastra, seni dan budaya. Menjadi penemu bom yang menghancurkan dunia, Oppenheimer diketahui diliputi dengan penyesalan yang mendalam. Dalam wawancaranya, ia menitikkan airmata sembari mengatakan, “I am become death, the destroyer of world,” yang merupakan syair terkenal dari Bhagavad Gita.

Oppenheimer mengutip baris-baris Gita sebagai penghiburan atas gejolak emosi batinnya. Meskipun dia bukanlah Hindu, Oppenheimer sering mengungkapkan kekaguman dan penghormatannya pada agama Hindu, sastra, dan terutama bahasa Sansekerta (bahasa para Dewa).

Ketertarikan Oppenheimer dengan bahasa Sansekerta dimulai selama tahun-tahun sarjananya di Universitas Harvard, di mana dia mempelajari berbagai bahasa, termasuk bahasa Sanskerta. Dia terpikat oleh sejarah bahasa kuno yang kaya, tata bahasa yang rumit, dan teks filosofis mendalam yang dicakupnya. Studi Oppenheimer tentang bahasa Sansekerta memberinya pintu gerbang untuk menjelajahi kedalaman filosofis Hinduisme. Afinitas tituler untuk filosofi Hindu melampaui pengejaran akademisnya yang mencakup berbagai aspek termasuk gagasan tentang siklus kosmik, keterkaitan semua kehidupan, dan sifat-sifat keberadaan.

Baca Juga: Pinter lewat Instagram! Ini Rekomendasi Akun Bikin Followersnya Nambah Pengetahuan Filsafat dan Literasi

2. Penemu Pertama Kali Lubang Hitam
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hasrat Oppenheimer yang tak tergoyahkan untuk mengejar keingintahuan intelektualnya mendorongnya untuk menemukan penemuan-penemuan ilmiah yang lebih besar. Kontribusinya pada astrofisika termasuk prediksi terobosan tentang objek kosmik. Prediksinya yang paling menonjol adalah pada tahun 1939 ketika dia ikut menulis makalah berjudul "On Continued Gravitational Contraction", yang meramalkan keberadaan lubang hitam. Awalnya diabaikan, makalah ini kemudian ditemukan kembali oleh fisikawan yang mengakui pandangan visioner Oppenheimer dan signifikansinya dalam memahami entitas langit yang penuh teka-teki ini.

Makalah penerbitan Oppenheimer menyelidiki ranah fenomena kosmik yang belum ditemukan. Salah satu studi semacam itu berfokus pada katai putih, yang merupakan sisa-sisa bintang mati. Oppenheimer menghitung propertinya, menjelaskan sifat benda langit yang padat dan bercahaya ini. Selain itu, ia menjelajahi batas massa teoretis bintang neutron, yang merupakan sisa-sisa bintang meledak yang sangat padat.

3. Anak Ajaib dan Serba Bisa
Oppenheimer memiliki rasa haus yang tak terpuaskan akan tantangan intelektual dan memiliki kemampuan luar biasa untuk menyerap informasi. Pengejarannya yang tanpa henti, setara dengan ambisi menombak langit, membuatnya menguasai enam bahasa, termasuk bahasa Yunani, Latin, Prancis, Jerman, Belanda, dan bahasa Sansekerta India kuno.

Selama menjadi mahasiswa sarjana di Universitas Harvard, Oppenheimer unggul dalam beragam mata pelajaran. Bakatnya untuk bahasa Latin dan Yunani, bersama dengan kemahirannya dalam fisika dan kimia, memamerkan kemampuan akademik multidimensinya. Sejak usia tujuh tahun, Oppenheimer terpesona dengan kristal karena struktur dan interaksinya dengan cahaya terpolarisasi. Kecerdikannya menyebar melampaui batas yang menyebabkan anggota Klub Mineralogi New York mengundangnya ke seminar ketika dia baru berusia 12 tahun.

4. Hubungan dengan Albert Einstein
Selama tahap terakhir kehidupan, Albert Einstein konon menganggap Oppenheimer sebagai orang bodoh karena mengadvokasi Komisi Energi Atom. Dua goliat bersejarah ini pertama kali berpapasan selama studi pascasarjana Oppenheimer di Universitas Göttingen pada 1920-an. Pada saat itu, Einstein adalah seorang fisikawan terkenal dan tokoh terkemuka dalam fisika teoretis.

Oppenheimer dan Einstein mengakui implikasi moral dan etis dari kemajuan ilmiah mereka dan prihatin tentang pengembangan dan penggunaan senjata nuklir. Mereka memiliki minat yang sama dalam masalah politik dan sosial, khususnya advokasi mereka untuk perlucutan senjata nuklir dan kerja sama internasional. Terlepas dari tujuan dan kolaborasi mereka yang sama, Oppenheimer dan Einstein memiliki perspektif yang berbeda tentang masalah ilmiah dan politik tertentu. Salah satu contohnya adalah ketidaksetujuannya dengan Albert Einstein selama puncak McCarthy Red Scare.

Baca Juga: Calon Mahasiswa Baru, Ini 5 Pertimbangan Memilih Kos-kosan

5. Projek Nuklir Manhattan
Setelah diperingatkan oleh Albert Einstein dan ilmuwan terkenal lainnya, pemerintah AS menjadi waspada terhadap ancaman dari Adolf Hitler pasca invasi Polandia. Oppenheimer, yang memulai misi untuk menemukan cara memisahkan uranium-235 dari uranium alami, menjadi direktur Proyek Manhattan yang mengarah ke uji coba bom nuklir pertama.

Di bawah kepemimpinan Oppenheimer, laboratorium Los Alamos menjadi pusat inovasi dan kolaborasi. Oppenheimer memilih dataran tinggi terpencil Los Alamos, New Mexico pada tahun 1943, sebagai tempat untuk upaya ilmiah yang inovatif ini. Setelah mengasimilasi ancaman nuklir dari Jerman, Presiden Roosevelt memutuskan laboratorium tersebut untuk mengembangkan bom atom yang dipimpinnya secara tituler (diatas kertas, red).

6. Tiga Kali Masuk Nominasi Nobel
Prestasi ilmiah Oppenheimer memantapkan reputasinya sebagai "Bapak Bom Atom", pada puncak pengakuan global, yakni Hadiah Nobel. Namun Oppenheimer menolaknya. Meskipun dinominasikan untuk Hadiah Nobel Fisika srbanyak tiga kali, pada tahun 1945, 1951, dan 1967, ia tidak pernah muncul sebagai pemenang. Namun, perlu dicatat bahwa Oppenheimer bekerja sama erat dengan Ernest O. Lawrence, seorang fisikawan eksperimental yang dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika. Menariknya, 18 rekan Oppenheimer dari Proyek Manhattan di Los Alamos dianugerahi Hadiah Nobel, membuatnya merenung selamanya.

7. Penyesalan Seumur Hidup
Mau tidak mau, harus diakui bahwa otak Oppenheimer memiliki kekuatan Tuhan. Oppenheimer pun menyadari benar bahwa dirinya mampu membuat satu kiamat tersendiri sebagai manusia, maka dari itu melihat betapa berbahayanya senjata nuklir yang dia buat.

Dia dihantui oleh kekuatan destruktif yang sanggup melahap jutaan nyawa. Terlibat dalam kekacauan batin yang mendalam, dia menulis dan mengirimkan surat kepada Sekretaris Perang Henry Stimson, dengan penuh semangat mengadvokasi larangan senjata nuklir. Robert Oppenheimer tersiksa setelah kemajuan ilmiah, dibebani oleh beban tanggung jawab dan rasa bersalah pribadi.

Pada akhirnya, di tahun 2023 ini, saat umat manusia telag berada dalam cengkeraman inovasi teknologi seperti AI. Kisah Oppenheimer dengan senjata nuklir, kiamat oleh manusia dan segala penyesalannya seakan mampu menjadi pengingat lembut bagi manusia-manusia hari ini. Kesejajaran dehumanisasi antara hari ini dan era Oppenheimer, sesap menggema, menggarisbawahi relevansi abadi dari perjuangannya dan dampak mendalam pada perjalanan sejarah pada garis waktu masing-masing. (Adg)

Editor : Ading