Essai oleh Dyah Ayu Setyorini.
selalu.id - One Piece merupakan manga dan anime paling digemari se saentro dunia. Manga dan anime karya Echiro Oda ini sukses mengikat pembaca dan penontonnya untuk tetap setia bahkan hingga 26 tahun proses karyanya. Dirilis pertama kali di majalah Weekly Shonen Jump pada 4 Agustus 1997, hingga kini anime One Piece memasuki episode 1071 dan manga sudah mencapai chapter 1089.
Baca Juga: One Piece Live Action Netflix dan Upaya-upaya Humanisme Eiichiro Oda
Ceritanya mengisahkan petualangan Monkey D. Luffy, seorang anak laki-laki yang memiliki kemampuan tubuh elastis seperti karet setelah memakan Buah Iblis secara tidak disengaja. Luffy bersama kru bajak lautnya, yang dinamakan Bajak Laut Topi Jerami, menjelajahi Grand Line untuk mencari harta karun terbesar di dunia yang dikenal sebagai "One Piece" dalam rangka untuk menjadi Raja Bajak Laut yang berikutnya.
Seakan tak pernah habis animo dan antusias penggemarnya meski telah menunggu 26 tahun lebih dan masih terus on-going, episode terbaru anime One Piece 1070 adalah episode paling dinantikan, bahkan pada tanggal rilisnya, para Nakama (sebutan penggemar One Piece yang artinya Kawan Seperjuangan Luffy dkk,red) berbondong-bondong mengganti foto profil mereka dengan foto Sang Kapten Bajak Laut.
Hal itu karena, episode anime ke 1070 adalah momen dimana akhirnya para Namaka bisa melihat langsung bagimana visual Gear 5 Luffy yang merupakan perwujudan kekuatan paling tertinggi dari Buah Iblis Gomu-gomu no Mi yakni munculnya Sun God Nika. Dari kebangkitan Sun God Nika atau karakter legendaris, yakni Joy Boy yang paling dicari dalam semesta cerita One Piece, membuat pertarungan dari Luffy melawan Kaido yang merupakan Yonko atau salah satu kekuatan terbesar dunia per-One Piece-an menjadi begitu epic.
Pertarungan yang sudah dimulai sejak episode 1033 itu berakhir dengan kemenangan Luffy yang lagi-lagi epic di episode 1071 setelah kebangkitan Joy Boy dari dirinya.
Begitu luar biasanya Oda, membuat Nakama One Piece di seluruh dunia terpukau dengan segala aspek cerita; plot, alur, karakter dan narasi dari petualangan dunia bajak laut itu sendiri. Tentu saja sepanjang petualangan Luffy untuk menjadi Raja Bajak Laut, ia akhirnya mendapat kekuatan yang begitu luar biasa, salah satu kekuatan dewa, dimana batasan eksplorasi kekuatannya hanya dari limitasi imajinasinya sendiri, artinya kekuatan Sun God Nika itu sendiri tak terbatas.
Bukan hanya karena Luffy adalah tokoh utama dalam semesta cerita One Piece dan segala hal berpusat padanya, sehingga ia mendapatkan kekuatan over power itu, tapi begitulah Oda secara cerdik mengejahwantahkan ideologi kebebasan dalam agen utama pengusung premis cerita, Luffy.
Pada dasarnya, semua penggemar setia One Piece pasti telah mengetahui bahwa petualangan Luffy adalah tentang kebebasan. Keinginan Luffy yang selalu ia proklamirkan soal menjadi Raja Bajak Laut bukan hanya sekedar untuk menjadi raja bajak laut yang menguasai seluruh lautan, melainkan ia ingin menjadi manusia paling bebas yang pernah ada.
Ini pun bertautan erat dengang bagaimana Georg Wilhelm Friedrich Hegel atau Hegel berpandangan terkait Teori Authentic Master, yang mana Luffy menjadi ilustrasi terbaik dalam penggambaran teori ini. Hegel mengatakan bahwa The Authentic Master bukanlah seseorang yang memberikan kebebasan bagi orang lain dengan memutuskan kekangan mereka, sederhananya bukanlah seorang figur penyelamat.
Justru seorang Authentic Master adalah seseorang yang sebenar-benarnya bebas bukan tanpa kekangan, melainkan adalah orang yang begitu optimisnya pada kebebasan dan menyadarinya dengan penuh bahwa kebebasan tersebut terrelavitasi dengan keberadaan orang lain. Maka justru itu ia demonstrasikan kepada orang lain apa makna sebenarnya kebebasan itu, dan oleh sebab itu mereka yakni orang-orang di sekitar Luffy, melihatnya sebagai cerminan dari kemungkinan atas kebebasan dirinya sendiri.
Dalam teori ini Hegel menyebutkan bahwa untuk menjadi Aunthentic Master adalah seseorang yang mampu menyusun 'kesadaran diri'-nya melalui relevasi dengan orang lain. Aunthentic Master bahkan mampu menunjukkan apa itu kebebasan absolut atas kesadaran diri yang membuat orang lain pun ingin untuk pula mengecap kebebasan itu atas kesadaran dirinya sendiri. Dan begitulah Luffy menghidupkan kebebasan absolut dalam dirinya pada setiap laku yang ia kerjakan.
Jika menyadari dari bagaimana kisah Luffy bekerja sejak awal episode dan chapternya, Luffy menunjukkan sikap yang jauh dari kata Kebebasan Bar-bar. Ia tidak menggunakan segala privilegenya sebagai Supernova untuk melegalkan kebebasan yang berpotensi merenggut kebebasan orang lain. Luffy sebenar-benarnya menunjukkan sisi lain dari bajak laut yang telah melekat streotype di telinga dan kognisi kita.
Justru, diam-diam Luffy seakan menjalankan agenda eksistensialis yang paling tinggi, yang mengikarkan bahwa pencapaian absolut tertinggi sebagai seorang subjek eksisten adalah dengan tidak membunuh eksistensi orang lain. Dan bukankah sejauh ini seluruh lawan yang luffy kalahkan tidak ada pernah benar-benar perlu dikalahkan dengan kematian?
Luffy sebenar-benarnya menghargai kehidupan, kehidupan siapapun itu, baik musuh-musuhnya apalagi orang-orang yang yang dia lindungi, Nakamanya. Bukankah itu suatu dobrakan besar dari laku bajak laut yang kita kenal selama ini?
Salah satu contoh bagaimana Luffy benar-benar memberikan kebebasan bagi orang lain untuk memperoleh sendiri kesadaran diri absolutnya adalah tentang bagaimana Luffy dan yang lain menyelamatkan Robin. Tentu penggemar One Piece tidak akan pernah bisa melupakan salah satu momen epic tersebut.
Baca Juga: Efek Obat Bius Demotivasi dan Naif Stoikisme
Bagaimana tidak, itu adalah saat Luffy menyelamatkan musuh dan tanpa keraguan sedikitpun menjadikannya salah satu kru yang paling ia sayangi (meski tak ada kru yang tak disayani Luffy, hehehe).
Mengutip pernyataan Jean Paul Sartre, 'Life is what begins on the other side of despair', maka begitulah Luffy menemukan semua kru kapal Sunny Go-nya. Dia membiarkan mereka untuk mempercayai diri mereka sendiri, menemukan kembali diri mereka sendiri dan merancang diri mereka sendiri - lagi!. Dia membiarkan mereka untuk hidup dan memilih untuk hidup lagi.
Begitu pun pada saat momen epic penyelamatan Robin. Luffy sebenar-benarnya membiarkan Robin mengambil keputusannya sendiri, memilih kehidupannya sendiri. Ketika kru yang lain gelisah untuk segera menyelamatkan Robin. Tapi Luffy diam menunggu dan berkata pada Robin, "Kau belum memilih untuk hidup." Tepat, saat semua orang ingin membunuh Robin dan Robin sedang begitu terpakunya pada segala hal yang mengatakan bahwa hidupnya tidak bermakna, tidak berarti apa-apa, seorang anak iblis dan sebagainya.
Maka, saat itu pula kita bisa melihat bahwa ancaman paling besar bukanlah sebegitu banyak musuh yang ingin membunuh Robin, tapi saat Robin sendiri merasa hidupnya tak ada artinya lagi bagi dirinya sendiri.
Pertanyaan Luffy itu pun adalah batasan bagi Luffy sendiri untuk tidak menjadi egois dengan dalih heroik untuk menyelamatkan Robin. Ia menunggu Robin memilih kehidupannya sendiri terlebih dahulu. Luffy sebenar-benarnya menunjukkan bahwa ia begitu menghormati dan menghargai kehidupan. Begitu pula hidup Robin. Ia menunggu Robin memilih kehidupannya sendiri dahulu sebelum apapun di dunia ini.
Sikap-sikap itulah yang kemudian menjadi contoh dan membekas pada kru Bajak Laut Topi Jerami, bahwa tidak ada yang boleh mengambil kebebasan seorang manusia untuk menjadi penuh atas kesadaran dirinya sendiri, bahwa kesadaran diri adalah otonom dan absolut milik si subjek eksisten tersebut.
Maka saat Robin berteriak, 'I Want to Live!' dan memohon untuk diajak mengarungi lautan bersama Luffy, serentak dan dengan sigap, Luffy dan kawan-kawannya melompat melawan semua musuh-musuh Robin. Dan momen itu adalah momen paling eksistensialis yang digambarkan dalam skena peristiwa One Piece. Membuat siapapun yang menonton atau membaca manganya digelimpungi berbagai perasaan haru dan penuh empati.
Seperti halnya apa yang Sartre katakan bahwa “Man is condemned to be free; because once thrown into the world, he is responsible for everything he does. It is up to you to give [life] a meaning.”
Begitulah Robin memilih dirinya, ia memilih kebebasannya, dan hidup tanpa penyesalan. Dan begitulah apa yang Luffy lakukan sebagai Aunthentic Master, ia membuat orang lain melihat nilai mereka sendiri. Luffy membiarkan orang lain memilih diri mereka sendiri dan kebebasan mereka sendiri.
Maka pada semesta One Piece, lautan merepresentasikan kebebasan, menjadi bajak laut merepresentasikan hidup tanpa penyesalan dan setiap petualangannya adalah nilai dari kehidupan itu sendiri.
Lalu, kembali lagi pada Gear 5, Sun God Nika dan Joy Boy yang teraktifkan saat suara Luffy sudah tak terdengar lagi, saat semua orang menangis karena kematian Luffy. Lebih jauh adalah bagaimana kekuatan mode awekening Luffy kali ini benar-benar tak memiliki batasan kekuatan, selain batasan dari imajinya sendiri.
Adalah representasi dari bagaimana kebebasan itu sendiri menubuh pada Luffy. Ia adalah kebebasan, semangat, suka cita dan kehidupan itu sendiri. Maka, pada akhirnya kita bisa melihat bagaimana jika statement Sartre, "Man is condemned to be free," yang mana menilisik jauh kedalam pemikiran Sartre bahwa kebebasan selalu dibatasi oleh materi tubuh kita sendiri, tetapi pada Luffy bahkan materi tubuhnya adalah representasi kebebasan itu sendiri.
Lalu, apakah Luffy adalah gambaran bahwa ada manusia yang berhasil lepas dari kutukan kebebasan itu? Mari kita putar sedikit pertanyaannya.
Apakah Luffy layak untuk menjadi representasi kebebasan absolut itu?
Maka, kita harus kembali melihat, bahwa hingga manga capther ke 1089 dan anime episode 1071 adakah manusia dalam semesta One Piece yang lebih ketat dari pada Luffy untuk menghidupi kebebasan itu sendiri?
Kebebasan yang ingin ia capai adalah saat dimana semua orang bisa bebas menentukan kehidupannya sendiri. Pada titik ini, kebebasan yang diperjuangkan Luffy bukan lagi pada takaran bertanggung jawab belaka tapi lebih tinggi dari itu, yakni hidup dengan berintegritas penuh akan kehidupan yang ia pilih sendiri.
Dan itulah makna kebebasan eksistensi yang begitu ketatnya Luffy hidupi dan jaga. Bahwa kebebasan bukanlah meniadakan orang lain, mengekspansi kesadaran orang lain dan gelimpangan kepemilikan materi. Bahwa kebebasan adalah menjadi manusia yang absolut pada kehidupan yang telah dirumuskan dan dipilih sendiri dan hidup dengan sepenuh-penuhnya integritas. Selayaknya Luffy menghidupi kebebasan yang ia tuju dan yakini pada setiap laku yang ia gerakkan dalam hidupnya.
Sekian essai singkat tentang Luffy, Joy Boy dan Kebebasan Absolut. Sampai jumpa di essai selanjutnya, Kawan Selalu.
Editor : Ading