Senin, 23 Jun 2025 00:39 WIB

Krisis Air Bersih di Singosari Berakhir, SPAM Pemprov Jatim Resmi Beroperasi

Gubernur Khofifah

Gubernur Khofifah

selalu.id – Ribuan warga Desa Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, akhirnya terbebas dari krisis air bersih yang mereka hadapi setiap musim kemarau. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Singosari milik Pemprov Jawa Timur resmi beroperasi setelah diresmikan oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa, Selasa (13/5).

 

Baca Juga: Tak Penuhi Panggilan KPK, Gubernur Khofifah Minta Jadwal Ulang

Dalam sambutannya, Khofifah menyebut pembangunan SPAM Singosari sebagai jawaban atas keluhan warga yang telah disampaikan sejak lama. Proyek senilai Rp 11,2 miliar ini dibiayai melalui hibah Pemprov Jatim kepada Pemkab Malang. Groundbreaking dilakukan pada Januari 2023, dan pembangunan fisik rampung pada 2024. Sejak Februari 2025, air bersih mulai mengalir ke rumah-rumah warga.

 

SPAM Singosari kini melayani 405 kepala keluarga atau sekitar 1.620 jiwa di Dusun Sumbul. Sebelumnya, warga harus membeli air bersih seharga Rp 50.000 per kubik, dengan kebutuhan rata-rata 20 kubik per bulan—mencapai Rp 1 juta. Kini, tarif air hanya Rp 1.000 per kubik atau sekitar Rp 20.000 per bulan.

 

Khofifah menekankan bahwa SPAM Singosari tak hanya memenuhi kebutuhan rumah tangga, tetapi juga fasilitas umum seperti sekolah, masjid, mushola, dan pondok pesantren. “Kalau airnya cukup, mandinya sehat, air minumnya sehat, maka sekolahnya tambah semangat,” ujarnya.

Baca Juga: Dugaan Korupsi Dana Hibah Rp7.8 Triliun, Khofifah Hari Ini Diperiksa KPK sebagai Saksi

 

Bupati Malang, H.M. Sanusi, mengucapkan terima kasih atas bantuan Pemprov Jatim yang dinilainya sangat berarti, terutama di musim kemarau. Ia berharap lebih banyak dukungan serupa untuk percepatan pembangunan di wilayahnya.

 

Baca Juga: KPK Panggil Gubernur Khofifah Soal Kasus Dana Hibah 7,8 Triliun

Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Cipta Karya Jatim, I Nyoman Gunadi, menyebut dampak positif SPAM Singosari sudah dirasakan warga. Salah satunya, guru TK setempat menyampaikan bahwa siswa kini tidak perlu lagi membawa air dari rumah.

 

Ratemun (57), warga Desa Klampok, mengaku lega karena tak perlu lagi mengambil air dari sumber jauh atau menunggu kiriman air bersih yang sebelumnya hanya datang 4–5 kali sebulan. Eka (20), warga lainnya, mengatakan kini hidup jadi lebih mudah berkat akses air bersih yang layak dan terjangkau.

Editor : Ading