selalu.id - Di pelosok Batu Putih, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, ada sebuah telaga yang seolah meminjam warna langit untuk menetap di bumi.
Telaga Biru Tulung Ni’Lenggo, namanya. Jernih, tenang, dan memikat. Tempat ini tak hanya memanjakan mata, tapi juga mengajak jiwa diam sejenak—merenungi alam dan waktu.
Untuk menuju ke sana dari Tanjung Redeb, diperlukan waktu sekitar empat jam perjalanan darat. Sementara Tim Selalu.id yang sebelumnya berlibur ke Lamin Guntur, Biduk-Biduk, hanya butuh satu jam untuk sampai ke lokasi.
Baca Juga: Lamin Guntur, Pantai Cantik di Balik Rimbun Kelapa Ujung Timur Berau
Setiba di sana, tim disambut bentangan air sebening kaca. Birunya begitu pekat, menyiratkan kesan magis. Telaga yang masih alami ini dipenuhi tumbuhan air, batuan segar, dan gerombolan ikan yang berenang menyambut wisatawan.
Pepohonan rindang memeluk kawasan telaga, menciptakan harmoni antara air, tanah, dan udara. Suasana sunyi memperkuat pesonanya.
Pengelola wisata Telaga Biru, Darsono, menjelaskan bahwa tempat ini dikelola secara swadaya oleh masyarakat melalui Badan Usaha Milik Kampung (BUMK). Tiket masuk cukup terjangkau: Rp10 ribu untuk dewasa, dan gratis bagi anak di bawah lima tahun.
Baca Juga: Lamin Guntur, Pantai Cantik di Balik Rimbun Kelapa Ujung Timur Berau
“Setiap musim libur, terutama selepas Lebaran, Telaga Biru ramai oleh wisatawan dari berbagai daerah: Balikpapan, Tarakan, Kalimantan Utara, hingga Tanjung Selor,” ujar Darsono, Senin (7/4/2025).
Namun di hari-hari biasa, telaga kembali ke sunyinya. Justru dalam kesunyian itulah, keindahannya terasa paling utuh.
“Biasanya mereka dari Pelabuhan Cermin ke Lamin Guntur, lalu mampir ke sini,” tambahnya.
Tempat ini juga sering dijadikan lokasi konten media sosial oleh para kreator. “Pernah ada wisatawan dari Bandung yang bikin video di bawah air. Jernih sekali, hasil gambarnya bagus,” kenangnya.
Baca Juga: Sungai Serai, Keajaiban Dua Rasa di Ujung Timur Berau
Namun di balik keindahannya, tersimpan kisah pilu. Pada 10 April 2024 lalu, dua remaja asal Tanjung Selor tenggelam. Satu terjatuh, satu lagi mencoba menolong—keduanya tak sempat kembali ke permukaan.
“Sejak itu, kami selalu menutup wisata ini setiap hari Jumat. Sebagai bentuk penghormatan untuk mereka yang pernah hilang di sini,” tutur Darsono.
Kedalaman telaga mencapai 10 hingga 12 meter, dengan titik rawan yang kini telah diberi batas oleh pengelola. Lokasinya hanya sekitar 20 meter dari muara laut. Meski menyimpan duka, airnya tetap memikat—seolah menyembunyikan luka dalam kilauan biru yang memabukkan.