selalu.id - Kondisi UMKM di eks Lokalisasi Dolly akhir-akhir ini dikatakan tidak begitu baik, seperti halnya UMKM Samiler Jarak Dolly (Samijali), yang saat ini mengalami penurunan pesanan hingga terhenti sementara.
Pemilik UMKM Samijali, Roro Dwi Prihatin, mengungkapkan bahwa saat ini tidak ada orderan meskipun produknya sudah dipasarkan di berbagai tempat, termasuk Mal Siola dan kawasan Merr.
Baca Juga: Sosialisasi ke Situbondo, Risma Ceritakan Perjuangan Tutup Dolly
“Sekarang belum ada yang kontak untuk order. Saya masih bayar listrik tiap bulan, tapi belum ada kerjaan,” ujarnya.
"Dulu, di era kepemimpinan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, UMKM di Dolly mendapat banyak dukungan, baik dalam bentuk promosi maupun pendampingan. Dulu, saat ada tamu, mereka selalu dikasih produk UMKM seperti batik, sandal, dan Samijali. Sekarang sudah tidak seperti itu lagi,” imbuhnya.
Dwi berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah agar UMKM seperti Samijali bisa kembali bangkit seperti dulu.
“Dulu pertama booming bisa dapat Rp27 juta per bulan. Sekarang sepi,” katanya.
Di sisi lain, menurut penanggung jawab KUB Mampu Jaya, Yuni Tri Wijayawati, produksi sandal hotel yang mereka jalankan masih berjalan normal dengan orderan yang tetap stabil setiap bulannya.
Baca Juga: Dua Pengungsi Kebakaran Rumah di Putat Jaya Kesurupan, Ada Cerita Mistis Dibaliknya
“Kalau orderannya tetap jalan, ya enggak (terdampak). Dalam sebulan, PO-nya masih teratur. Jadi, mesin yang kita operasikan masih tetap hidup,” ungkap Yuni saat ditemui pada Kamis (19/2/2025).
Ia menjelaskan bahwa jumlah produksi sandal hotel tergantung pada pesanan yang diterima. Rata-rata dalam seminggu mereka bisa memproduksi antara 7.000 hingga 10.000 pasang sandal.
Jumlah tersebut, kata dia, berasal dari beberapa hotel yang menjadi pelanggan tetap mereka, baik di Surabaya maupun luar kota seperti Makassar, Bali, dan Yogyakarta.
Baca Juga: Ada Makam Tokoh Penyebar Agama Islam di Dolly, Pemkot Fasilitasi Wisata Religi
“Tahun lalu lebih banyak, saya pernah satu minggu bisa produksi 16 ribu pasang dengan lembur sampai malam. Tapi sekarang masih stabil meskipun tidak sebanyak itu,” jelasnya.
Terkait kendala produksi, Yuni mengakui bahwa yang menjadi tantangan utama adalah ketersediaan bahan baku.
“Kesulitannya kadang bahan baku telat datang, jadi produksi ikut tertunda,” katanya. Sebagian besar bahan baku sandal hotel ini dipasok dari Wedoro, Sidoarjo, yang dikenal sebagai sentra industri alas kaki.
Editor : Ading