Selalu.id - SMP Labschool Unesa 3 terus mengembangkan pendidikan karakter bagi peserta didiknya melalui Kegiatan Tengah Sekolah (KTS), yang tahun ini berfokus pada peternakan sapi perah dan pengolahan sampah di Kota Wisata Batu.
Kepala SMP Labschool Unesa 3 Dian Hijrah Saputra menjelaskan jika pembelajaran di luar kelas di Kota Wisata Batu untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik dalam memahami proses produksi dan pemanfaatan limbah.
Baca Juga: Belasan Gerobak Sampah Berjajar di Tambak Wedi Surabaya, Ini Penyebabnya
"Di peternakan sapi perah, siswa belajar bagaimana susu diperah, diproses, dan dikembangkan menjadi berbagai produk turunan seperti keju, yogurt, atau susu fermentasi. Ini membuka wawasan mereka bahwa dari satu produk utama, bisa dihasilkan banyak inovasi lain yang bernilai ekonomi," ujar Dian di Surabaya, Jumat.
Selain itu, kunjungan ke pusat pengolahan sampah mengajarkan siswa bahwa limbah yang dianggap tidak berguna dapat diolah menjadi barang bernilai.
"Kami ingin siswa memahami bahwa sampah bukan sekadar sesuatu yang dibuang, tetapi bisa diolah menjadi produk turunan seperti pupuk organik, biogas atau barang kerajinan. Ini adalah keterampilan berpikir inovatif yang harus dimiliki sejak dini," ucapnya.
Sebagai bagian dari proses pembelajaran, kata Dian, peserta didik diwajibkan menyusun laporan berbentuk makalah yang menguraikan temuannya selama kunjungan.
Laporan tersebut, lanjutnya, tidak hanya melatih peserta didik dalam menulis secara sistematis, tetapi juga membentuk pola pikir ilmiah dan analitis.
"Kami membekali mereka dengan lembar kerja observasi yang mengandung pertanyaan pemantik. Ini bertujuan agar mereka mampu menggali lebih dalam dan mengembangkan ide baru dari apa yang mereka pelajari," ujar Dian.
"Makalah ini nantinya akan dipublikasikan dalam bentuk cetak maupun e-book di website sekolah, sehingga bisa menjadi referensi bagi adik kelas mereka," tambahnya.
Lebih lanjut, ia berharap kegiatan tersebut dapat mengubah cara pandang siswa terhadap berbagai peluang usaha, khususnya dalam sektor peternakan dan pengolahan limbah.
"Banyak yang masih berpikir bahwa peternakan hanya sebatas memelihara hewan. Padahal, dengan pemikiran inovatif, mereka bisa mengembangkan produk turunan yang bernilai ekonomi tinggi. Begitu juga dengan pengolahan limbah, yang jika dikelola dengan baik, bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan," jelasnya.
Baca Juga: Tak Direspon Pemkot Surabaya, Warga Pakis Gotong Royong Bersihkan Sungai Penuh Sampah
Dian menegaskan bahwa pendidikan karakter juga harus berorientasi pada pembentukan pola pikir kreatif dan solutif.

"Kami ingin siswa tidak hanya memahami konsep, tetapi juga berpikir bagaimana mengembangkan inovasi dari apa yang mereka pelajari. Dengan begitu, mereka tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga pencipta nilai ekonomi di masa depan," tuturnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga berharap, melalui KTS tersebut, dapat membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki jiwa inovatif dan kepedulian terhadap lingkungan serta ketahanan pangan.
"Karena lembaga pendidikan punya kewajiban untuk itu, yaitu membuka wawasan terhadap peserta didik. Supaya peserta didik sudah mampu untuk berinovasi, berkreativitas dari hasil daya pikir kritisnya mereka dan dari apa yang mereka lihat," kata Dian.
Sementara itu, Livia Putri Amiranti, siswi kelas 8C SMP Labschool Unesa 3, mengaku mendapatkan banyak wawasan baru dengan mengikuti KTS tersebut.
Baca Juga: Wow! Pemkot Surabaya Berhasil Turunkan 5 Ton Sampah Perhari, Begini Caranya
"Saya jadi tahu bahwa peternakan sapi perah bukan hanya tentang memelihara sapi, tetapi juga bagaimana mengolah susu menjadi berbagai produk seperti keju dan yogurt. Ini membuat saya berpikir bahwa suatu produk bisa dikembangkan lebih jauh dan memiliki nilai ekonomi tinggi," ujar Vivi, sapaan akrabnya.
Selain itu, Vivi juga menyadari pentingnya pengolahan sampah dalam menjaga lingkungan, terutama di sekitarnya.
"Dari kunjungan ke pusat pengolahan sampah, saya belajar bahwa barang yang terlihat tidak berguna bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai. Ini mengajarkan saya untuk lebih kreatif dan peduli terhadap lingkungan," katanya.
Vivi juga berharap kegiatan seperti ini terus dilakukan karena tidak hanya memberikan pengalaman belajar langsung, tetapi juga melatih siswa untuk berpikir kritis dan inovatif.
"Semoga kedepannya semakin lebih baik lagi dan seru," tuturnya.
Editor : Redaksi