• Loadingselalu.id
  • Loading

Senin, 04 Des 2023 04:43 WIB

Sajikan Manufaktur Anatomi Kera, Teater Gapus Surabaya Turut Menyoal Konsumerisme Lewat Pertunjukan

  • Reporter : Ading,
  • Selasa, 07 Nov 2023 16:47 WIB
Pementasan 1 fragmen Manufaktur Anatomi Kera

Pementasan 1 fragmen Manufaktur Anatomi Kera

selalu.id - Teater Gapus FIB Unair Surabaya menghelat pentas di Malang pada Sabtu (4/11) dalam rangka memenuhi undangan Dies Natalis Teater Bangkit Universitas Islam Malang yang bertajuk Pekan Karya XI: Parade Teater Kampus.

Teater Gapus menjadi penyaji pada hari kedua dengan membawakan fragmen satu naskah Manufaktur Anatomi Kera karya Gulang Satriya Pangarso.

Selain Teater Gapus, ada pula Teater Kaged IAI Al-Khairat Pamekasan, Sabda Teater UIN Sunan Ampel Surabaya, dan Teater Institut Universitas Negeri Surabaya yang turut memeriahkan acara. Teater Bangkit tak hanya menggelar parade teater tingkat kampus, tapi juga tingkat SMA se-Jawa Bali yang telah berlangsung sebelumnya.

Baca Juga: Pandemi, Sebuah Karya Monolog Tanggapi Kegagapan Penanganan Covid-19


Annisa Fitri Rahmaniar yang kerap dipanggil Ica, sebagai sutradara menyampaikan bahwa ia memilih naskah Manufaktur Anatomi Kera untuk dipentaskan sebab visi naskah ini sangat relevan dengan kondisi zaman, dimana uang memiliki posisi yang sangat sentral.

Naskah ini mengkritik pengaruh uang, mesin, dan kebijakan pemerintah yang berorientasi bisnis, juga kekacauan logika serta spiritualitas masyarakat yang mendegradasi kemanusiaan. Padahal, narasi-narasi kemanusiaan dewasa ini menghambur dibicarakan secara masif.


Pada pementasan ini, Teater Gapus belum membawakan fragmen naskah penuh seluruh, melainkan hanya fragmen satu saja. Fragmen yang menampilkan dialog antara Jagal, Koki, dan Pelanggan yang menjadi pengantar cerita naskah. Fragmen ini dianggap penting sebab menyampaikan premis-premis kritis atas fenomena konsumerisme.


Ica menjelaskan, “Kali ini, kami hanya membawakan fragmen satu yang bercerita tentang tokoh Jagal dan Koki yang pada awal plot memiliki konsep terkait kebenaran mereka sendiri. Mereka membicarakan hal-hal serupa kebencian mereka terhadap pemerintah, peperangan, korupsi, kondisi ekonomi dan keadaan manusia yang jauh dari konsep kemanusiaan”.



Dialog-dialog tersaji secara tajam, getir, dan memiliki magisnya tersendiri. Meski tampak jauh dan melompat-lompat, kita tak bisa sangsi bahwa hal-hal yang disinggung di dalam dialog mampu menampar kita sebab sukses menampakkan keterkaitan erat dengan realitas kini.


“Namun, kemudian hadir tokoh Pelanggan yang kurang bijak dan sangat impulsif. Tokoh Pelanggan ini mendorong mereka menjadi hipokrit, mereka melakukan hal-hal yang mereka benci dan singgung pada percakapan-percakapan awal. Ini terjadi sebab kebutuhan keduanya untuk hidup–uang. Mereka menyajikan kebohongan-kebohongan terkait daging-daging yang mereka jual. Fragmen 1 ditutup dengan tidak adanya daging apapun yang disajikan, namun kepuasan pelanggan terpampang nyata.”


Penampilan Teater Gapus tampak sangat intim karena panggung dan wilayah penonton berada pada jarak yang tak terlalu jauh. Ruangan tertutup penuh backdrop, tata cahaya, dan tata suara yang pas, mendukung intimasi pentas yang berlangsung kurang lebih satu jam, berhasil membuat penonton terpukau.


“Proses akan terus berlanjut sampai pada fragmen terakhir naskah yaitu fragmen 4. Pada pementasan kali ini kami tidak memungkiri ada banyak sekali hal-hal yang kurang maksimal dan perlu perbaikan. Kami tidak menutup ruang kritik dan bersedia melakukan evaluasi kedepannya karena kami yakin sebuah proses tidak akan mengkhianati hasil," terang Ica.


Saat ini, Teater Gapus tengah menggarap naskah utuh Manufaktur Anatomi Kera untuk dipentaskan pada agenda pentas akhir tahunnya yang besar kemungkinan akan digelar pada Desember nanti. “Doakan sukses, ya!” tambah Ica.

Editor : Ading