Selalu.id - Sebanyak 2,91 juta penduduk di Indonesia mengalami stroke setiap tahunnya atau mencapai 10,9 per 1000 penduduk Indonesia, hal itu disampaikan oleh Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (Perspebsi).
Perspebsi juga menyebut bahwa penanganan khusus pasien stroke sangat dibutuhkan guna mengurangi resiko kegawatan dan menambah angka harapan sembuh.
Baca Juga: Perspebsi Gelar Pelatihan Skill Tangani Pasien Stroke kepada Seluruh Dokter di Indonesia
"Jika pasien stroke ditangani dengan cepat maka kita bisa menyelematkan sel saraf yang masih berfungsi. Tetapi kenyatannya pasien stroke saat datang ke IGD tidak mejadi prioritas," kata Dokter spesialis bedah saraf, dr. Nur Setiawan Suroto, saat ditemui Selalu.id, di RSUD dr Soetomo, Sabtu (27/5/2023).
Dr Nur Setiawan mengatakan bahwa angka kejadian stroke di Indonesia semakin lama semakin meningkat seiring dengan gaya hidup masyarakat yang semakin tidak sehat. Kata dia, untuk mengetahui gejala awal stroke, perlu diketahu beberapa hal melalui metode FAST yanki Face, Arm, Speach dan Time.
Baca Juga: Doktor ITS Ciptakan Sistem Diagnosis Stroke Otomatis
"Face yakni wajahnya, wajahnya simetri atau tidak, kalau perot kita curiga itu stroke, kemudian Arm atau kalau ada lemah satu sisi kita patut curiga itu stoke. Sedangkan S atau speach mereka bicaranya pelan atau tidak bisa keras. Lalu T itu time ketika sudah diketahui tandanya, harus segera dibawa ke rumah sakit," tuturnya.
Saat ini penanganan stroke di IGD memang mulai menjadi fokus perhatian pemerintah, karena sebagai unit penangan pertama, keberhasilan penanganan di IGD menjadi penting. Terlebih lagi, tak banyak dokter umum yang tau bagaimana cara penanganan yang tepat pasien stroke di IGD.
Baca Juga: ITS Temukan Alat Pemantau Pasien Stroke Lewat Sinyal Listrik Otak
"Kenyataannya seringkali pasien-pasien ketika datang di IGD tidak menjadi prioritas. Artinya kalau sudah lemah, obatnya baisa," ungkapnya. (Ade/Adg)
Editor : Ading