selalu.id - Empat nama muncul bersaing merebut kursi Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya di ajang adu gagasan visi misi di lelang jabatan yang digelar Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Empat kandidat tersebut adalah Kepala Satpol PP Surabaya (M Fikser), Staf Ahli Bidang Hukum, Politik, dan Pemerintahan (Irvan Widyanto) dan (Sekda saat ini) Ikhsan.
Kemudian, Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman serta Pertanahan (DPRKPP) Lilik Arijanto, yang namanya semakin diperhitungkan dan kuat duduk di kursi jabatan ketiga paling tinggi di Pemkot.
Terlebih lagi, Lilik Arijanto bukan hanya terkenal sebagai birokrat senior berpengalaman di Pemerintahan Kota Surabaya. Ternyata, dia memiliki darah kerabat atau ponakan mantan Wali Kota Surabaya ke 13 periode 1994-2002 Sunarto Sumoprawiro.
Sunarto, paman Lilik, adalah sosok yang sangat dikenang dalam sejarah kepemimpinan Surabaya.
Singkat cerita, Cak Sunarto sapaan akrabnya dikenal dengan dekat dengan rakyat, beliau dikenal sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat kecil, terutama Pedagang Kaki Lima (PKL).
Karena kepeduliannya yang besar, ia bahkan mendapat julukan “Bapake PKL”. Namun, kebijakan pro-rakyat ini juga memiliki dimasa kepemimpinannya, jumlah PKL di Surabaya makin banyak, yang membuat beberapa area kota terlihat kurang tertata.
Tak hanya itu, warisan besar yang masih bisa dirasakan hingga sekarang, salah satunya adalah pembangunan Masjid Al-Akbar Surabaya, yang kini menjadi masjid terbesar kedua di Indonesia.
Selain itu, Cak Narto juga berperan dalam proyek perumahan Pantai Mentari serta turut mendorong perkembangan sepak bola di Surabaya sebagai Presiden Persebaya. Bahkan, Persebaya bisa menjuarai Liga dan disebut sebagai bapak'e Bonek.
Sayangnya, pada 2001, beliau mengalami masalah kesehatan serius hingga harus menjalani perawatan di Melbourne, Australia.
Karena ketidakhadirannya yang lama, DPRD Surabaya akhirnya memberhentikannya dari jabatan wali kota pada 2002. Beliau wafat pada 2003 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan 10 November Surabaya.
Sebagai keluarga dari Cak Narto, Lilik Arijanto tentu membawa nilai historis tersendiri. Namun, bukan hanya faktor keluarga yang membuat namanya diperhitungkan.
Pengalamannya di birokrasi dan kepemimpinannya dalam berbagai posisi strategis menjadi modal utama yang ia bawa dalam kontestasi Sekda Surabaya. Terlebih lagi dia sudah menjabat dua kali menduduki kepala Dinas atau Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama atau Eselon II.
Menurut Pengamat Politik Universitas Madura Trujonoyo (UTM) Surokim Abdussalam, jabatan Sekda bukan hanya soal teknis pemerintahan, tetapi juga membutuhkan berbagai modal sosial, politik, ekonomi, hingga kultural.
“Sekda Kota Surabaya harus punya modal lengkap individual, sosial, politik, ekonomi, kultural, dan simbolik. Siapa yang mampu memenuhi semua modal tersebut akan punya peluang lebih kuat untuk terpilih,” ujar Surokim, kepada selalu.id, Kamis (14/3/2025).
Surokim menilai, pemilihan Sekda tidak hanya ditentukan di tingkat daerah, tetapi juga melibatkan pertimbangan pusat. Sebab itu, kandidat harus memantaskan diri dan menunjukkan kapabilitas yang lebih unggul dibanding pesaingnya.
Lilik, kata dia, memang punya hubungan keluarga dengan dengan Sunarto bisa menjadi modal sosial. Namun, hal itu saja tidak cukup.
"Pak Lilik punya modal sosial yang kuat, tetapi tetap harus memperkuat modal lainnya karena para kompetitor juga sedang memperkuat posisi mereka. Modal itu yang disebut sebagai relasi kuasa,” pungkasnya.
Baca Juga: 50 Pejabat Mundur dari Lelang Kepala Dinas Pemkot Surabaya, Ini Sebabnya
Editor : Ading