Kamis, 27 Mar 2025 10:58 WIB

Tulisan 'Adili Jokowi' di Surabaya Ditutup Cat Merah, Pengamat: Tes Ombak

  • Reporter : Ade Resty
  • | Jumat, 07 Feb 2025 17:03 WIB
Vandalisme

Vandalisme

Advertise - IDUL FITRI 1446H ARIF FATHONI

selalu.id - Muncul vandalisme bertuliskan ‘Adili Jokowi’ di berbagai kota termasuk Surabaya. Salah satunya yang berada di Jalan Raya Prapen, yakni sebuah dinding berwarna orange ditulisi ‘ADILI !!! JOKOWI’. Namun, tak berselang lama tulisan vandalisme tersebut langsung dihapus dengan cat merah.

Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdusallam, menilai kemunculan vandalisme ini sebagai bentuk tes ombak di tengah dinamika politik nasional. Menurutnya, kritik terhadap Jokowi sebagai mantan presiden tidak mudah dilakukan mengingat pengaruhnya masih kuat.

“Kalau menyerang Jokowi dalam kasus seperti ini selalu rumit. Saya melihat ini hanya sekadar tes ombak untuk membangun opini, karena pengaruh beliau masih kuat. Ini lebih ke upaya mengetes respons publik terhadap dinamika politik yang terjadi,” ujar Surokim, saat dihubungi selalu.id, Jumat (7/2/2025).

Ia menambahkan bahwa gerakan semacam ini cenderung tidak akan efektif dalam melemahkan citra Jokowi. Pasalnya, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja mantan presiden itu masih relatif tinggi.

Tak kalah menarik, mural tersebut justru langsung ditimpa dengan cat merah, yang secara simbolik identik dengan warna PDI Perjuangan. Hal ini memunculkan spekulasi soal rivalitas yang masih berlangsung antara Jokowi dan partai yang dulu menaunginya.

Meski demikian, Surokim menilai terlalu dini untuk mengaitkan aksi pengecatan ini dengan PDIP secara langsung.

“Kalau catnya merah lalu dibilang PDIP, kalau hijau berarti PKB, atau kuning berarti Golkar? Itu sulit dideteksi. Tapi yang jelas, rivalitas politik Jokowi di memang belum benar-benar selesai disana (PDIP),” paparnya.

Menurutnya, fenomena semacam ini bisa menjadi bumerang bagi pihak yang ingin menyerang Jokowi. Alih-alih melemahkan, justru bisa membangun simpati publik terhadapnya.

“Pendukung Jokowi juga tidak sedikit. Kalau mural seperti ini langsung direspons dengan cara seperti itu, malah bisa menarik simpati publik. Saya rasa ini lebih baik dibiarkan saja,” tambahnya.

Beberapa pihak menduga kritik terhadap Jokowi ini juga berkaitan dengan transisi pemerintahan ke Presiden Prabowo Subianto, termasuk isu terkait kelanjutan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).

Surokim tak menampik kemungkinan tersebut. Menurutnya, politik Indonesia kerap menggunakan strategi jalan tikus, di mana serangan terhadap pemerintah baru bisa saja dilakukan secara tidak langsung melalui kritik terhadap pemerintahan sebelumnya.

“Mau menyasar Prabowo tapi lewat Jokowi dulu. Mungkin ada yang ingin mengganggu pemerintahan baru, tapi situasinya masih kuat. Jadi serangannya dialihkan ke Jokowi sebagai simbol rezim sebelumnya,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa dalam politik, dinamika seperti ini wajar terjadi. Namun, jika dilakukan dengan cara yang tidak tepat, justru bisa berbalik arah dan memunculkan antipati publik.

“Secara institusi tak adalah karena kita kan berpolitik secara beradab, politik jalanan hanya malah berbahaya sampai kemudian di lembagakan. Jadi aspirasi, kalau ditempatkan yang salah, maksudnya merusak ruang publik dia bisa mendapatkan antipati loh dari publik, jangan salah,” pungkasnya.

Baca Juga: Aksi Tolak RUU TNI di Surabaya Ricuh! Gapura Grahadi Roboh

Advertise - Idul Fitri 1446H dr akma

Editor : Ading