selalu.id – Lapangan sepak bola yang terletak di Jalan Mastrip Anggrek 1, di Kecamatan Karangpilang rencananya menjadi salah satu lokasi pembangunan Rumah Sakit Surabaya Selatan yang akan dibangun tahun 2025 ini.
Wakil Ketua DPRD Surabaya, Arif Fathoni, menekankan bahwa aspirasi warga harus didengar dalam proses kebijakan pembangunan proyek ini, mengingat Surabaya masih kekurangan fasilitas olahraga.
“Studi kelayakan memang sudah berjalan, tetapi suara warga harus mendapatkan porsi dalam pengambilan keputusan. Jika nanti lapangan benar-benar dialihfungsikan, Pemkot wajib menyediakan lahan pengganti agar masyarakat tetap memiliki tempat berolahraga,” kata Toni, sapaan akrabnya, kepada Selalu.id, Jumat (31/1/2025).
Surabaya dikenal sebagai kota dengan budaya sepak bola yang kuat, namun jumlah lapangan sepak bola terus berkurang. Toni menyoroti bahwa saat ini sudah banyak lapangan yang hilang akibat pembangunan infrastruktur.
“Di beberapa tempat, kita kekurangan lapangan sepak bola. Jangan sampai pembangunan ini mengorbankan warga yang hobi olahraga, terutama anak-anak dan komunitas sepak bola di sekitar Karang Pilang,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa pemerintah harus mencarikan solusi konkret dengan menyediakan lapangan pengganti di kawasan yang mudah diakses oleh warga sekitar.
Meski begitu, Ketua DPD Golkar Surabaya itu mengakui bahwa pembangunan Rumah Sakit Surabaya Selatan memiliki tujuan positif, yaitu meningkatkan akses layanan kesehatan bagi warga Surabaya Selatan dan sekitarnya.
Selama ini, warga di wilayah tersebut harus berobat ke Rumah Sakit Bhakti Dharma Husada (BDH) di Surabaya Barat atau rumah sakit lain yang jauh dari tempat tinggal mereka.
Selain meningkatkan layanan kesehatan, rumah sakit ini juga berpotensi mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surabaya.
Toni menjelaskan bahwa keberadaan rumah sakit akan menarik pasien dari wilayah sekitar seperti Sidoarjo dan Menganti yang fasilitas kesehatannya masih terbatas.
“Bagi warga Surabaya, layanan kesehatan memang gratis. Namun, rumah sakit ini juga bisa menarik pasien dari luar Surabaya, yang akhirnya bisa meningkatkan PAD dari sektor kesehatan,” katanya.
Lebih jauh, ia juga menyoroti dampak ekonomi dari pembangunan rumah sakit ini, seperti peluang usaha baru di sekitar kawasan tersebut.
“Ketika rumah sakit beroperasi, otomatis akan ada pertumbuhan ekonomi. Apotek, rumah kos untuk tenaga medis, warung makan, dan bisnis lainnya akan berkembang,” jelasnya.
Terkait wacana pemindahan lapangan ke Warung Gunung, Fathoni menekankan pentingnya memastikan fasilitas ini benar-benar bisa diakses oleh masyarakat.
“Pemkot memiliki banyak lahan di sekitar sana. Jika lapangan pengganti dibangun, saya berharap tidak dikelola oleh pemerintah kota agar warga tidak dikenakan retribusi saat menggunakannya,” tegasnya.
Ia mengusulkan agar pengelolaan lapangan diserahkan ke Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) yang kemudian bisa berkolaborasi dengan sekolah-sekolah sepak bola di kawasan tersebut.
“Jika dikelola oleh LPMK, warga bisa tetap menggunakan lapangan tanpa biaya. Ini lebih baik daripada dikelola oleh Pemkot yang nantinya justru bisa memberatkan masyarakat dengan retribusi,” ujarnya.
Sebelumnya, Pengurus Lapangan Bola Karangpilang, Badi mengaku bahwa ada beberapa lokasi yang masuk dalam survei Pemkot, termasuk lapangan bola ini.
Kemudian, ada area di belakang Lotte Mart dan lahan di dekat Pondok Maritim, yang berada di sebelah pom bensin yaknj parkiran taksi, dan dekat SMPN 51 Surabaya.
“Katanya surveinya yang kuat itu di belakang Lotte sama di sebelah pom bensin. Kalau di lapangan ini, dewan minta lahannya tetap jadi ruang terbuka hijau, bukan rumah sakit,” kata Badi, saat ditemui Selalu.id, Selasa (30/1/2025).
Rencana pembangunan rumah sakit di lapangan bola Karangpilang mendapat penolakan dari warga sekitar. Kata dia, hampir 90 persen masyarakat menolak wacana tersebut karena lapangan bola ini sering digunakan untuk aktivitas olahraga.
“Rata-rata menolak hampir 90 persen,” ungkapnya.
“Di sini banyak komunitas olahraga, seperti Karangpilang WTT (Wong Tuo-Tuo) dan sekolah sepak bola. Bahkan ada anak-anak perempuan yang juga latihan bola,” tambahnya.
Selain itu, faktor luas lahan juga menjadi pertimbangan. Dengan ukuran sekitar 70 x 60 meter, warga menilai lapangan ini lebih cocok untuk fasilitas kesehatan skala kecil, seperti puskesmas, daripada rumah sakit besar.
“Ukuran ini (lapangan) terlalu kecil kalau dibuat RS, kalau puskesmas bisa,” tegasnya.
Baca Juga: Lapangan Bola Karangpilang Fiks Jadi RS Selatan, Begini Klaim Wali Kota Eri

Editor : Ading