Senin, 17 Mar 2025 08:05 WIB

Buntut Viral Staf Wanita Sembunyi di Meja Camat, Komisi A Surabaya Usulkan Pertemuan Rutin dengan Ormas

  • Reporter : Ade Resty
  • | Rabu, 08 Jan 2025 17:57 WIB
Komisi A DPRD Surabaya, Muhammad Syaifuddin.

Komisi A DPRD Surabaya, Muhammad Syaifuddin.

selalu.id – Insiden video viral yang memperlihatkan seorang staf wanita diduga bersembunyi di bawah meja yang direkam oleh Organisasi Masyarakat (Ormas) di kantor Camat Asemrowo mendapat respon cepat dari anggota Komisi A DPRD Surabaya, Muhammad Syaifuddin.

Ia menilai bahwa kejadian ini terjadi akibat kesalahpahaman yang dipicu oleh kurangnya komunikasi antara pihak camat dan masyarakat yang ingin melakukan audiensi.

“Saya yakin ini hanya kesalahpahaman. Teman-teman yang ingin bertemu camat mungkin memiliki prasangka kurang baik karena merasa pak camat sulit dihubungi. Maka dari itu, penting bagi pak camat untuk segera melakukan klarifikasi atau tabayyun agar tidak ada lagi dugaan yang salah,” kata Syaifuddin, Selasa (8/1/2025).

Syaifuddin mengingatkan bahwa semua pejabat publik, termasuk camat, lurah, dan aparatur lainnya, harus lebih responsif dalam melayani masyarakat.

Hal ini penting untuk mencegah terjadinya kesalahpahaman yang dapat merugikan masyarakat, seperti yang terjadi di Asemrowo.

“Siapapun yang ingin audiensi atau konsultasi dengan pejabat publik harus dilayani dengan baik. Responsif itu kunci agar tidak ada lagi miss komunikasi yang berujung pada salah informasi,” tegasnya.

Ia juga mengajak masyarakat, terutama organisasi masyarakat (ormas), untuk menyampaikan aspirasi secara humanis dengan cara yang lebih kekeluargaan.

“Komunikasi harus disampaikan dengan cara yang baik agar suasana tetap kondusif,” tambahnya.

Untuk mencegah kejadian serupa, Syaifuddin meminta Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Surabaya untuk lebih aktif menjalin komunikasi dengan ormas di Surabaya.

Ia mengusulkan agar Bakesbangpol mengadakan pertemuan rutin dengan ormas setiap tiga bulan sekali sebagai langkah membangun komunikasi yang lebih harmonis.

“Bakesbangpol jangan pasif. Jemput bola dengan mengadakan silaturahmi, sosialisasi, dan komunikasi yang intensif. Komisi A DPRD siap hadir dalam pertemuan tersebut untuk mendukung terciptanya dialog yang baik,” ujarnya.

Syaifuddin berharap, dengan komunikasi yang lebih baik antara pejabat publik, ormas, dan masyarakat, insiden seperti ini tidak lagi terjadi di masa depan.

“Ayo kita semua, baik pejabat publik maupun masyarakat, lebih responsif dan terbuka agar Surabaya menjadi kota yang lebih harmonis,” tutupnya.

Sebelumnya, Camat Asemrowo Muhammad Khusnul Amin pun langsung memberikan klarifikasi bahwa tuduhan tersebut tidak benar. Ia menjelaskan insiden itu terjadi pada Senin (6/1/2025) sekitar pukul 10.00 WIB.

Saat itu, dirinya bersama staf sedang mempersiapkan rapat daring (zoom meeting) untuk membahas program kerja bersama Wali Kota.

“Saya sedang rapat dengan staf saya, Alfian dan Devie, untuk koordinasi terkait program bantuan sosial. Tiba-tiba, sekelompok orang datang, mengetuk pintu dengan keras, dan berteriak-teriak. Mereka bahkan menuduh ada perempuan di ruangan saya. Tuduhan itu keliru dan tidak sopan,” tegasnya saat konferensi pers, di Kantor Kecamatan Asemrowo, Rabu (8/1/2025).

Khusnul Amin menjelaskan, sebelum insiden terjadi, pihaknya tengah mempersiapkan penertiban bangunan liar (bangli) di beberapa wilayah Kecamatan Asemrowo. Penertiban tersebut dilakukan setelah adanya keluhan warga tentang kemacetan yang disebabkan bangunan-bangunan tersebut.

“Penertiban sudah kami sosialisasikan sebelumnya, dan semuanya berjalan lancar. Tapi ada beberapa pihak yang tidak sabar menunggu, hingga nekat masuk ke kantor saya dan merekam kejadian ini,” jelasnya.

Wanita yang sembunyi di bawah meja itu, Devie, adalah staf Kecamatan Asemrowo. Devie membantah tuduhan bahwa dirinya sedang bersembunyi karena melakukan hal yang mencurigakan.

“Saya Devie, staf Kecamatan Asemrowo. Saat itu saya bersama Mas Alfian di ruang Pak Camat untuk koordinasi sebelum zoom meeting dengan Pak Wali Kota. Tiba-tiba ada sekelompok orang menggedor pintu dan jendela dengan keras. Sebagai perempuan, saya panik dan takut,” ujarnya.

Devie menambahkan bahwa ia bersembunyi di bawah meja karena merasa terancam, bukan karena ada hal yang salah.

“Baju saya utuh, dan saya tidak melakukan apa-apa. Saya sembunyi murni karena takut. Di dalam ruangan itu, kami sedang membahas pekerjaan, bukan hal lain,” tegasnya.

Baca Juga: DPRD Surabaya Bakal Panggil Provider Tiang Ambruk yang Menimpa Pemotor

Editor : Ading