selalu.id – Harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional Surabaya melonjak drastis dalam beberapa pekan terakhir, dan untuk hari ini, mencapai angka fantastis Rp120.000 hingga Rp130.000 per kilogram. Kenaikan ini memicu keluhan dari para pedagang yang mengaku sangat terbebani. Situasi ini menimbulkan spekulasi mengenai adanya "permainan" harga di tingkat distributor atau pengepul.
Dua pekan lalu, harga cabai rawit masih relatif stabil di kisaran Rp25.000 hingga Rp30.000 per kilogram. Bahkan menjelang perayaan Tahun Baru, harga hanya mencapai Rp65.000 per kilogram. Lonjakan harga yang mencapai lebih dari dua kali lipat dalam waktu singkat ini dinilai tidak wajar oleh para pedagang.
Siti Fatimah (39), pedagang cabai di Pasar Mangga Dua, mengungkapkan kekesalannya. "Ini naiknya ugal-ugalan, Mas! Biasanya kalau naik paling seribu sampai lima ribu rupiah per kilogram. Lah ini langsung sampai segitu harganya?" ujarnya dengan nada kecewa saat ditemui di lapak dagangannya Sabtu (4/1/2025) dini hari.
Ia menambahkan bahwa pekan lalu harga masih berada di angka Rp62.500 hingga Rp65.000 per kilogram. Sentimen serupa diungkapkan Ruslan (44), pedagang cabai di Pasar Keputran. Ia menuturkan, bahwa ada yang bilang ini permainan pengepul besar, ada juga yang bilang karena pasokan dari petani kurang maksimal. "Ada juga yang bilang barang dari luar kota/pulau gak bisa masuk sini," terangnya.
Pernyataan Ruslan ini semakin memperkuat dugaan adanya manipulasi pasar yang menyebabkan kelangkaan dan inflasi harga cabai. Kenaikan harga ini diakibatkan oleh berkurangnya pasokan cabai dari petani dan pengepul. Beberapa pedagang menyebutkan bahwa jumlah stok yang beredar di pasar sengaja dibatasi, sehingga memicu lonjakan harga yang signifikan. Kondisi ini diperparah dengan sulitnya mendapatkan pasokan dari luar daerah, yang semakin memperburuk situasi.
Dampak dari lonjakan harga cabai ini sangat terasa bagi konsumen. Harga bahan pokok yang terus merangkak naik semakin membebani daya beli masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah. Kenaikan harga cabai juga berdampak pada harga makanan di warung-warung dan restoran, yang kemungkinan akan menaikkan harga jualnya.
Pemerintah melalui Dinas Perdagangan setempat hingga saat ini belum memberikan keterangan resmi terkait lonjakan harga cabai ini. Namun, ketidakjelasan ini semakin meningkatkan kekhawatiran akan adanya praktik monopoli atau kartel yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
Para pedagang berharap pemerintah segera turun tangan untuk menstabilkan harga cabai. Mereka meminta agar pemerintah melakukan pengawasan ketat terhadap distribusi cabai, serta menindak tegas para pelaku yang diduga melakukan manipulasi harga. Selain itu, diharapkan juga adanya solusi jangka panjang untuk mengatasi permasalahan pasokan cabai agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Kelangkaan dan lonjakan harga cabai ini menjadi sorotan tajam bagi masyarakat Surabaya. Kejadian ini bukan hanya sekadar masalah ekonomi semata, tetapi juga menyangkut keadilan dan kepastian hukum dalam perdagangan. Tindakan tegas dan cepat dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk melindungi konsumen dan mencegah kerugian yang lebih besar. Transparansi dan keterbukaan informasi juga penting untuk mencegah spekulasi dan isu-isu yang merugikan semua pihak.
Baca Juga: Minim Pasokan, Harga Cabai dan Bawang Melambung Jelang Ramadan 2025

Editor : Ading