selalu.id - Penerimaan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) atas lamaran NasDem untuk menggandeng Muhaimin Iskandar atau Cak Imim sebagai Cawapres mendampingi Capres Anies Baswedan, membawa dampak arah koalisi di kubu Prabowo.
Diketahui Gerindra dan PKB sempat membentuk koalisi yang bernama Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) dengan Prabowo sebagai calon presiden yang akan diusung.
Kemudian, PAN, Golkar dan beberapa partai lain ikut bergabung dan mengubah nama lagi menjadi Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Koalisi KIM dikenal identik dengan kabinet menteri pemerintahan Jokowi yakni nama Kabinet Indonesia Maju juga anggotanya masuk di dalam kabinet tersebut seperti Gerindra, Partai Bulan Bintang dan PAN.
Namun keluarnya PKB yang menerima kerjasama NasDem membuat perubahan kelompok koalisi Pemerintah Jokowi.
Menurut Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura Surokim Abdussalam menyebut bahwa PKB selama ini selalu menjadi bagian dari koalisi Pemerintahan. Tetapi, partai yang diketuai oleh Cak Imin itu, kata dia, dalam satu dasawarsa terakhir belum pernah merasakan menjadi partai oposisi.
"Pilihan ini tentu sangat menantang bagi PKB sekaligus penuh resiko. Bisa jadi ini perjudian yang besar yang dihadapi PKB," kata Surokim, saat dihubungi selalu.id, Sabtu (2/8/2023).
Surokim menjelaskan kembali, bahwa PKB di era Cak Imin belum selalu menjadi bagian partai pemerintah sekaligus belum terbiasa menjadi oposisi.
"Makanya saya katakan itu perjudian besar untuk PKB. Calon PKB dalam pemilu kali ini sangat terobsesi untuk ada dikertas Pilpres sehingga pertimbangan lain bisa jadi hanya pelengkap saja," ungkapnya.
Lebih lanjut Surokim menyampaikan dengan bergabungnya Anies Baswedan - Cak Imin, ia menilai bahwa babak baru manuver PKB masuk koalisi yang penuh pertaruhan. Terutama bahwa saat ini Anies Baswedan dikenal didukung oleh kelompok-kelompok yang berseberangan dengan NU.
"Perjudian besar PKB. PKB kalau kemaren itu kan masih taaruf-taarufan saja, pasca ini PKB akan super serius, dan sepertinya gak main-main mata untuk koalisi termasuk siap menjadi oposisi," jelasnya.
"PKB menurut saya sekarang dalam posisi sedikit diuntungkan karena kena efek dizhalimi alias tidak dikasih tahu istilah orang jawa dipek lempene dikoalisi sebelumnya. PKB dapat point modal plus 1 untik fatsun politik,"tambahnya.
Apabila sekarang PKB sudah merapat ke koalisi perubahan ini, Surokim menilai maka tentu akan punya konsekuensi.
Sebab, sudah ada Demokrat dan PKS koalisi itu. Relasi antarpartai itu tentu dibangun tidak akan mudah kalau PKB dan Demokrat memasukkan paket Capresnya.
"Ya itu bisa sensitif kalau hal itu tidak diupayakan denganbaik bisa menganggu relasi ke depannya, bisa ngambek satu sama lain jika tidak ada politik akomodasi yang ciamik. PKB jelas gamblang ingin paket cak Imin jadi Cawapres, ya itu bisa menjadi faktor PKB kadang tidak leluasa masuk koalisi. Dan peluang itu tidak akan mudah didapat jika melihat relasi antarpartai yang ada," pungkasnya
Baca Juga: Elektabilitas Anies Baswedan Paling Rendah di Beberapa Survei, Begini Responnya
Editor : Ading