Selalu.id - Pemerintah Kota Surabaya sedang terus berupaya menggenjot penekanan angka kemiskinan melalui sirkulasi dagang produk Usaha Menengah Kecil dan Menengah (UMKM). Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi pun berkomitmen untuk menurunkan angka kemiskinan hingga 2 persen, dari sebelumnya 4,7 persen.
Penekanan angka kemiskinan melalui skema sirkulasi dagang UMKM ini pun dilakukan secara serius. Pemkot Surabaya tidak ragu untuk menggenjot APBD Kota Surabaya untuk sektor usaha mikro dan kecil (UMK) dan produk dalam negeri (PDN). APBD untuk UMK dan PDN Pemkot Surabaya tercatat sebagai yang terbesar se-Indonesia dibandingkan semua kota se-Indonesia, yakni per 25 November 2022, APBD UMK telah mencapai Rp1,2 triliun dan untuk PDN tembus diangka Rp1,7 triliun.
Baca Juga: Wali Kota Eri Sebut Pelaku Penipuan UMKM Sememi Adalah Pecatan ASN Pemkot Surabaya
“Surabaya ini anggaran untuk UMKM Rp 1,2 triliun terbesar di Indonesia. Insya Allah tahun ini (APBD 2023, red) mengalokasikan anggaran senilai Rp 3 triliun. Semoga bisa mengurangi kemiskinan (penduduk miskin) dari 4,7 persen bisa turun menjadi 2 persen,” jelas Eri Cahyadi, Senin (13/3/2023).
Sebab itu, Eri kembali menegaskan, Pemkot Surabaya berkomitmen untuk terus mendampingi para UMKM agar bisa menembus pasar internasional sehingga sirkulasi dagangnya bisa menjadi lebih maksimal.
“Kalau soal omset belum bergerak masif, ya tugas kita menaikkan produktivitas dengan melakukan pendampingan, tidak hanya teori. Harus dipakai dan dirasakan, kalau kita merasa nyaman maka yang lain pasti merasa nyaman. Alhamdulillah itu yang saya minta ke teman-teman pemkot, kita harus bangga dengan produk buatan Indonesia,” jelasnya.
Dengan demikian, Eri Cahyadi menegaskan untuk seluruh pejabat Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pegawai dilingkungan Pemkot Surabaya diwajibkan menggunakan produk UMKM.
Eri pun mengaku dirinya selalu mengenakan berbagai produk UMKM selama bertugas. Menurutnya, Usaha Menengah Kecil dan Menengah (UMKM) di Surabaya telah semakin berkembang pesat.
Baca Juga: Wali Kota Eri Cahyadi Apresiasi Kegigihan Pelaku UMKM Jahit di Surabaya
“Alhamdulillah UMKM sekarang menciptakan berbagai inovasi yang berkembang. Jadi mereka memiliki kesempatan untuk menjual produknya lebih banyak, otomatis mereka sudah mengerti pasarnya. Maka pemerintah mendampingi dan harus tahu model (tren) sepatu dan baju saat ini seperti apa,” kata Eri.
Dalam menunjang hal itu, Pemkot Surabaya juga menggandeng desainer untuk menciptakan dan mengembangkan inovasi dari produk para pelaku UMKM. yakni menggandeng 14 desainer UMKM Surabaya yang berkolaborasi dengan 16 pembatik Surabaya. Hasilnya, mereka menciptakan delapan motif batik Surabaya atau yang dikenal sebagai Batik Suroboyo.
“Maka saya minta ajak desainer, nanti yang membayar adalah pemkot. Contoh yang mendesain sepatu adalah mahasiswa Desain Produk (Despro). Sehingga pelaku UMKM itu terus-menerus dapat belajar, karena tidak bisa UMKM akan naik menjadi lebih tinggi kalau tidak melalui proses (belajar) ini,” ujarnya.
Eri pun terus mengupayakan UMKM Surabaya dapat berinteraksi dengan dunia digital. Oleh karenanya, Pemkot Surabaya meluncurkan e-commerce pemerintahan pertama di Indonesia, yaitu e-Peken Surabaya.
Baca Juga: Digerakkan Perempuan, Lima Kampung di Surabaya Sabet Penghargaan Produk Unggulan Terbaik
Aplikasi ini memberi ruang perdagangang digital kepada pedagang toko kelontong yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok. Konsumen tetapnya adalah para ASN Pemkot Surabaya yang diwajibkan membeli semua kebutuhan pokoknya dari aplikasi e-Peken tersebut.
Tak hanya mewajibkan ASN membeli kebutuhan pokonya di e-Peken. Kini e-Peken itu juga sudah dibuka untuk publik, sehingga semua orang bisa ikut berbelanja di e-commerce tersebut.
“Pemerintah sejatinya adalah pelayan umat, maka kita harus menggunakan produk UMKM. Teman-teman pemkot sudah memulai, seperti memakai batik dan sepatu UMKM, kalau model sedikit? Yang salah adalah pemerintah karena kita adalah pembimbing UMKM,” pungkasnya. (Ade/ADG)
Editor : Ading