Selasa, 15 Jul 2025 08:12 WIB

Angka Stunting Surabaya Turun Jadi 1,6 Persen, Ini Strategi Pemkot

  • Reporter : Ade Resty
  • | Kamis, 12 Jun 2025 15:03 WIB
Wali Kota Eri Cahyadi

Wali Kota Eri Cahyadi

selalu.id - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi membeberkan strategi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam menekan angka stunting dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan data, prevalensi stunting di Surabaya turun dari 28,9 persen pada 2021 menjadi 1,6 persen pada 2023.

 

Baca Juga: Surabaya Gaungkan Perang Lawan Stunting Lewat Lomba BWSE, Libatkan Ratusan Dokter Anak

Menurut Eri, pencapaian tersebut diraih melalui penerapan sistem data terpadu dan pelibatan berbagai pihak.

 

“Kuncinya ada pada sistem dan keterlibatan semua pihak. Kami menerapkan pendekatan menyeluruh, mulai dari teknologi, edukasi, sampai pelibatan masyarakat,” kata Eri, Kamis (12/6/2025).

 

Ia menjelaskan bahwa penurunan angka stunting didukung oleh sistem Satu Data melalui aplikasi Sayang Warga. Sistem ini memungkinkan pemantauan secara real-time terhadap balita stunting, ibu hamil, dan calon pengantin.

 

Data dikumpulkan oleh Kader Surabaya Hebat (KSH) yang telah mendapat pelatihan, diverifikasi oleh Puskesmas, dan divisualisasikan dalam dashboard lintas instansi.

 

“Semua data by name by address. Artinya, kami tahu persis siapa dan di mana yang harus didampingi. Pendamping PKK juga bisa akses melalui program Sudah Keluarga,” ujar Eri.

 

Selain itu, Pemkot memantau konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) oleh remaja putri melalui sekolah. Tablet diberikan setiap minggu di jenjang SD, SMP, hingga SMA/sederajat. Guru mencatat konsumsi TTD dalam aplikasi Profil Sekolah.

Baca Juga: PJs Wali Kota Surabaya Tekankan Kewaspadaan Pra Stunting

 

“Kalau ada siswa yang belum minum TTD, guru wajib cari tahu dan memastikan TTD diminum keesokan harinya. Bahkan kepala dinas bisa mengantar langsung ke rumah,” katanya.

 

Pemkot juga bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair), khususnya Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, untuk edukasi dan deteksi dini di Posyandu. Setiap tahun sekitar 300 mahasiswa FK Unair diterjunkan ke lapangan untuk mendampingi bayi dan balita.

 

“Deteksi bayi dengan underweight dan ‘weak fathering’ dilakukan sejak dini agar bisa cepat ditangani,” jelas Eri.

 

Baca Juga: Optimis Zero Stunting, Kasus Stunting di Surabaya Tinggal 1,6 Persen

Sementara itu, Asisten Administrasi Umum Pemkot Surabaya, Anna Fajriatin, menambahkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Surabaya terus meningkat hingga mencapai 84,69 pada 2024.

 

Ia juga menyebutkan cakupan Universal Health Coverage (UHC) telah mencapai 100 persen dan seluruh kelurahan di Surabaya sudah bebas buang air besar sembarangan (ODF).

 

“Angka kemiskinan ekstrem, pengangguran, dan ketimpangan gender juga terus menurun seiring pertumbuhan ekonomi yang positif,” kata Anna.

 

Editor : Ading