selalu.id – Hari ke-3 puasa ramadan, harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional Surabaya mengalami lonjakan drastis, mencapai angka fantastis Rp120.000 per kilogram. Kenaikan harga ini memicu keluhan dari para pedagang yang mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan pasar akibat minimnya pasokan.
Fenomena ini tak hanya terjadi pada cabai rawit, tetapi juga cabai merah yang naik menjadi Rp65.000-Rp70.000/kg, dan komoditas sayuran lain seperti tomat yang meroket dari Rp5.000/kg menjadi Rp12.000-Rp15.000/kg.
Pantauan selalu.id di Pasar Keputran dan Mangga Dua, Surabaya, menunjukkan lonjakan harga yang signifikan. Beberapa hari lalu, harga cabai rawit masih berkisar Rp65.000-Rp80.000/kg, bahkan sempat turun ke Rp70.000/kg. Namun, hari ini harga tersebut melesat hingga dua kali lipat.
Kenaikan harga ini berdampak langsung pada para pedagang. Maysaroh (46), seorang pedagang cabai di Pasar Keputran, mengungkapkan bahwa kenaikan harga disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari petani dan pengepul.
"Informasi yang kami terima dari pemasok, harga sudah naik. Mau tidak mau, kami sebagai pedagang juga harus menaikkan harga jual," jelas Maysaroh saat ditemui di Pasar Keputran Surabaya, Senin (3/3/2025) dini hari.
Ia menambahkan bahwa cuaca ekstrem yang melanda Jawa Timur beberapa pekan terakhir juga menjadi faktor penyebab minimnya pasokan cabai. Kondisi ini turut dirasakan oleh Indah (58), seorang tengkulak di pasar yang sama. Ia mengaku mengeluhkan lonjakan harga yang signifikan ini.
Meskipun demikian, Indah dan pembeli lain tetap membeli cabai, namun dengan mengurangi jumlah pembelian. "Biasanya saya beli 5-10 kg setiap hari, sekarang hanya mampu membeli 2 kg saja. Uangnya harus dibagi untuk membeli bahan lain," ujarnya.
Kenaikan harga cabai ini bukan hanya menjadi beban bagi pedagang dan tengkulak, tetapi juga berdampak pada konsumen dan pedagang makanan yang menggunakan cabai sebagai bahan baku utama. Beberapa pedagang makanan pun juga mengaku terpaksa mengurangi porsi cabai dalam masakan mereka atau menaikkan harga jual produknya untuk menutupi biaya produksi yang membengkak.
Minimnya pasokan cabai di pasaran memicu spekulasi tentang kemungkinan adanya permainan harga. Namun, hingga saat ini belum ada bukti kuat yang menunjukkan adanya praktik tersebut. Para pedagang dan tengkulak ini pun berharap agar pemerintah dapat segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini dan melindungi konsumen dari dampak negatif kenaikan harga cabai.
"Yaa, semoga lah pemerintah bisa cepat memantau. Apalagi kemarin kan juga kami dengar satgas pangan dan pemerintah lagi sidak sama meninjau harga sembako di beberapa pasar tradisional. Semoga bisa kembali stabil harganya," tutup Azis (38) pedagang makanan.
Baca Juga: Harga Cabai Tak Kunjung Turun, Pedagang dan Konsumen di Surabaya Terbebani
Editor : Ading