selalu.id – Komisi D DPRD Surabaya menyoroti penolakan warga Karangpilang terkait lokasi rencana pembangunan Rumah Sakit (RS) Surabaya Selatan, salah satunya di lapangan sepak bola, Jalan Mastrip Anggrek 1.
Anggota Komisi D, Imam Syafi’i, menekankan bahwa penting untuk terjalinnya komunikasi antara Pemkot dan masyarakat sebelum proyek yang akan jadi fokus RS untuk Trauma Center ini dilanjutkan.
Menurut Imam, pembangunan rumah sakit seharusnya untuk kepentingan warga. Namun, jika justru ditolak oleh masyarakat sekitar, maka ada persoalan yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Ia juga mengatakan Komisi D siap menggelar hearing buntut penolakan warga atas lokasi RS Selatan itu.
“Sebaiknya Pemkot menyelesaikan semua persoalan dengan warga setempat dan mengomunikasikan rencana ini dengan baik agar tidak ada keberatan. Komisi D siap menjembatani dialog antara warga dan pihak terkait,” kata Imam, kepada selalu.id, Kamis (30/1/2025)
Politisi Partai NasDem itu juga menyoroti perlunya kajian mendalam sebelum memutuskan pembangunan RS Surabaya Selatan.
Menurutnya, alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus dipertimbangkan secara matang, mengingat di wilayah tersebut sudah terdapat beberapa rumah sakit lain.
“Jika memang ada kebutuhan karena fasilitas kesehatan di wilayah itu kurang, tentu ini bisa menjadi prioritas. Namun, jika tidak ada urgensi, alangkah baiknya anggaran digunakan untuk program lain yang lebih mendesak, seperti pendidikan bagi anak-anak kurang mampu dan bantuan bagi masyarakat miskin yang belum terdata dalam program kesejahteraan,” paparnya.
Lebih lanjut Imam juga mengingatkan bahwa pembangunan rumah sakit harus didasarkan pada data dan kebutuhan yang jelas.
“Saya mendengar ini sudah masuk tahap lelang desain, tetapi mestinya sebelum itu ada kajian yang komprehensif. Apakah di wilayah tersebut benar-benar kekurangan rumah sakit? Sebab, di sekitar Surabaya Selatan sudah ada beberapa fasilitas kesehatan, seperti RS Islam, RS Kodam, RS Marinir di Gunung Sari, serta RS NU dan RS Muhammadiyah di kawasan Sepanjang,” tambahnya.
Terkait penolakan warga, Imam menegaskan kembali bahwa Pemkot harus membuka ruang dialog agar masyarakat memahami tujuan pembangunan rumah sakit ini.
“Masyarakat harus diajak bicara dan tidak ada yang ditutupi. Jika rumah sakit ini benar-benar untuk kebaikan warga, seharusnya tidak ada penolakan. Tetapi kalau ada yang menolak, kita harus lihat alasannya. Jika penolakan itu masuk akal, maka pembangunan rumah sakit ini memang perlu dikaji ulang,” tegasnya.
Komisi D DPRD Surabaya berencana untuk menggali lebih dalam alasan di balik penolakan warga sebelum mengambil sikap terkait proyek ini.
Mereka menegaskan bahwa setiap rupiah dari uang rakyat harus dipertanggungjawabkan dengan jelas, baik untuk pelayanan masyarakat maupun pertumbuhan ekonomi.
“Jangan sampai anggaran digunakan tanpa pertimbangan yang matang. Setiap kebijakan, termasuk pembangunan rumah sakit ini, harus memenuhi dua syarat utama meningkatkan pelayanan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.
Sebelumnya, warga kecamatan Karangpilang menolak rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya yang akan membangun Rumah Sakit baru lagi di wilayah Selatan.
Lantaran, lokasinya salah satunya lapangan sepak bola, yang berada di pinggir Jalan m Mastrip Anggrek 1.
Salah satu warga Karangpilang yang tak ingin sebut namanya mengaku kecewa apabila Rumah Sakit Selatan yang akan jadi pusat Trauma Center itu dibangun.
Dia mengaku sejak kecil tahun 1971 lapangan bola sudah ada. Bahkan, mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sempat mengambil anak-anak bakat yang latihan di lapangan ini.
“Sejak saya kecil, sudah berdiri lapangan ini. Dulu bu Risma ambil kesini anak-anak bakat bola, bahkan prestasi keluar negeri, ada itu timnas putri,” ungkapnya.
Sementara Pengurus Lapangan Bola Karangpilang, Badi mengaku bahwa ada beberapa lokasi yang masuk dalam survei Pemkot, termasuk lapangan bola ini.
Kemudian, ada area di belakang Lotte Mart dan lahan di dekat Pondok Maritim, yang berada di sebelah pom bensin yakni parkiran taksi, dan dekat SMPN 51 Surabaya.
“Katanya surveinya yang kuat itu di belakang Lotte sama di sebelah pom bensin. Kalau di lapangan ini, dewan minta lahannya tetap jadi ruang terbuka hijau, bukan rumah sakit,” kata Badi, saat ditemui Selalu.id.
Rencana pembangunan rumah sakit di lapangan bola Karangpilang mendapat penolakan dari warga sekitar. Kata dia, hampir 90 persen masyarakat menolak wacana tersebut karena lapangan bola ini sering digunakan untuk aktivitas olahraga.
“Rata-rata menolak hampir 90 persen,” ungkapnya.
“Di sini banyak komunitas olahraga, seperti Karangpilang WTT (Wong Tuo-Tuo) dan sekolah sepak bola. Bahkan ada anak-anak perempuan yang juga latihan bola,” tambahnya.
Baca Juga: Cari Utang untuk Bangun RS Selatan, Pemkot Surabaya Punya Alternatif Dana Pakai APBD
Editor : Ading