selalu.id - Pengamat atau Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR), Made Gita Nadya Ayu Ariani meyebut keputusan Pemerintah menghentikan TikTok Shop tidak efektif.
Sebelumnya ramai diperbincangkan, para pedagang pasar mengeluh bahwa toko-tokonya sepi membeli. Mereka pun menyebut bahwa TikTok Shop sebagai dalang sepinya pasar-pasar lokal.
Diketahui Pemerintah sudah memutuskan menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023 yang memisahkan media sosial dengan lokapasar.
Kini, imbasnya para penjual yang sebelumnya banyak menggunakan TikTok sebagai tempat berjualan melalui siaran langsung kini tidak lagi dapat melakukannya.
Menurut Gita sebenarnya masyarakat membeli barang bukan untuk menggunakannya semata, tetapi juga untuk mengejar status sosial dengan membeli barang dari para influenser.
“Yang mereka kejar bukan hanya kebutuhan barangnya, tapi status sosial yang mereka dapatkan ketika seolah-olah ‘berinteraksi’ dengan para artis,”kata Gita, melalui rilis UNAIR, Rabu (3/10/2023)
Ia menilai tidak jarang sejumlah pembeli akan melakukan perekaman dan membagikannya di media sosial.
Hasilnya, para influenser memperoleh pendapatan yang tinggi dari siaran langsungnya yang berbanding terbalik dengan pendapatan pedagang di pasar tradisional.
Sebab itu, keputusan untuk menghentikan TikTok sebagai tempat berjualan bukanlah terobosan yang efektif.
Hal itu menjadikannya seolah-olah menolak kemajuan teknologi yang tentunya tidak dapat terbendung.
Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, Gita menjelaskan saat pemerintah berusaha melindungi keberadaan angkutan konvensional dari angkutan online.
“Sama seperti lima-enam tahun yang lalu, pemerintah berusaha melindungi ojek, angkutan, dan taksi konvensional dari serbuan ojek online yang mana tidak berhasil juga sebenarnya,” ujarnya.
Di satu sisi, Gita melihat sejumlah pihak terlalu menyederhanakan karena menganggap TikTok sebagai satu-satunya dalang dari sepinya pasar.
Padahal, ia menilai di sana juga banyak pelaku UMKM lain yang tidak berkesempatan untuk berjualan karena tidak punya tempat dagang.
“Jadi sebenarnya teknologi ini justru membantu UMKM lainnya yang tidak punya akses ke pasar. Cukup punya e-mail, buka akun, sudah bisa berjualan,” ungkapnya.
Lebih lanjut Gita menerangkan jika penjualan melalui TikTok Shop bukanlah satu-satunya penyebab sepinya pasar tradisional.
Salah satu penyebabnya kenyamanan menjadi salah satu faktor lain yang membuat pembeli beralih dari pembelian konvensional ke pembelian online.
“Kadang helm hilang, mobil baret, suasananya juga ga nyaman, panas, desak-desakan, orang nawarin barang juga seenaknya, itu yang membuat orang justru enggan ke sana,” ujarnya.
Untuk mengatasinya, lanjutny, pemerintah perlu melakukan kolaborasi bersama pedagang untuk menciptakan kenyamanan agar masyarakat kembali ke pasar.
Kata dia pedagang juga sebaiknya beradaptasi dan tidak hanya terpaku pada model pemasaran konvensional sedangkan teknologi terus berkembang.
“Pelaku usaha juga jangan hanya terpaku pada model pemasaran konvensional. Sebenarnya banyak juga pelatihan dari pemerintah tentang digital marketing,” terangnya.
Maka dari itu, ketika mereka mulai berjualan di lokapasar tentu tidak sebatas mengunggah dagangannya.
"Saran saya kepada pedagang untuk mulai rutin membuat konten terkait dagangannya sehingga dapat menarik masyarakat untuk membelinya," pungkasnya.
Baca Juga: TikTok Shop Dibuka Kembali, Wali Kota Eri Minta Pedagang Ikuti Perkembangan Zaman
Editor : Ading